Makan Nasi Lebih Sehat dengan SEKAI Rice Cooker Low Sugar

Gambar
Saya terakhir ketemu Budhe saya nun jauh di Jogja itu akhir tahun kemarin. Saat itu, Budhe saya yang saya ingat sangat lincah, cerewet, bugar justru tampak kurus, kuyu, lebih lesu, dan lebih banyak duduk. Saya baru tahu kalau Budhe mengidap diabetes. Entah sudah berapa lama, karena Budhe bilang kalau kakinya mulai sering kesemutan, kebas, dan kalau luka lama sekali sembuhnya. Kabar terbaru dari Ibu saya, salah satu kaki Budhe sudah dibebat perban dan mulai menghitam.   Mungkin saja, diabetes yang diderita Budhe saya itu disebabkan oleh gaya hidup. Minum teh harus manis, cemilan manis selalu ada, olahraga seminggu sekali, dan HARUS makan nasi. Kalau sehari sudah makan berat 3 kali tapi belum makan nasi, ya dianggap belum makan. Jadi tetap akan tambah lagi makan nasi lengkap dengan lauk pauknya. Itu yang saya ingat waktu liburan lama di sana. Sekarang Budhe sudah menjalani pengobatan, mengatur pola makan, dan menjalankan pola hidup yang lebih sehat.   Apa itu Diabetes? Diabetes atau lebi

Diary Surabaya #3 :Pentol (Jangan Salah Baca!!!)


Pentol, dengan e lemah seperti kalau ngomong ‘bedak’ adalah sejenis jajanan anak-anak (walaupun yang uda gede juga doyan), yang saya dan teman-teman temukan di depan sebiah SD di dekat kost-kostan. Buat saya pribadi, pentol bukan barang baru. Pertama kali saya tahu ada makanan bernama pentol ini tahun 2010, di pulau seberang, tepatnya di Palangkaraya. Abang-abang penjual pentol ini saya temukan sedang mangkal di bagian belakang Rumah Sakit Dr. Doris. Waktu itu, saya dan rombongan ke sana dalam rangka mau lomba. Kami menginap di kompleks yang biasa dipakai untuk diklat. Letaknya persis di belakang rumah sakit itu.
Pentol di Palangkaraya (betulkan kalau saya salah ya) adalah bakso. Kalau bilang “Bang, beli pentol”, terus kalau abangnya nanya “Lengkap?” berarti itu beli semangkuk bakso, lengkap dengan mie, kuah, dan lain-lain. Kalau enggak lengkap, berarti ya pentolnya saja dengan saus plus kecap. Nah, kalau pentol yang saya temukan di Surabaya sini bisa milih, kalau bilang “Lengkap campur”, berarti ada bakso, tahu bakso, dan pentol goreng (pake kulit pangsit), lalu diberi saus plus kecap.
Di tengah kemahalan makanan di sini, pentol sungguh membawa angin segar. Soalnya beli 5 ribu aja tuh bisa bikin kenyang banget! Banyak bangettttttt…. (untuk ukuran saya lo, ya). Rasanya itu pentol kok gak habis-habis. Sampai nyesel beli pentol 5000 perak, mending beli setengahnya aja. Tapi ya memang dasarnya jajanan anak-anak, saya dan teman-teman pun semacam bersaing dengan para pelajar yang kinyis-kinyis buat beli pentol. Dari SD sampe SMA (bahkan kami yang sudah berjas almamater ini) mengantre buat beli sebungkus pentol. Lucunya lagi, justru kami yang udah sarjana ini ngah ngoh saat abang penjual pentol mengambil stok pentol rebus dari panci di bawah tirisan. Serentak saya dan teman-teman bergumam…”Waaaaaah…”.. Seolah-olah itu adalah teknologi paling anyar ngalah-ngalahin teknologi android, sampe abang-abang penjual pentol itu ketawa… Ngelesnya sih gampang “Maklum, di Jogja enggak ada…” hehehehehehhe…
Apapun itu, menurut saya, pentol harus dilestarikan. Tapi kalau bisa enggak usah sampai masuk mall segala ya, entar jadi mahal. Hehehehehehe… *Jadi pengen beli pentol… hehehehehe…

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Daftar Lagu Untuk Sakramen Perkawinan

Makan Nasi Lebih Sehat dengan SEKAI Rice Cooker Low Sugar

Oom Alfa; dan Pria Galau di Belakangnya