Makan Nasi Lebih Sehat dengan SEKAI Rice Cooker Low Sugar

Gambar
Saya terakhir ketemu Budhe saya nun jauh di Jogja itu akhir tahun kemarin. Saat itu, Budhe saya yang saya ingat sangat lincah, cerewet, bugar justru tampak kurus, kuyu, lebih lesu, dan lebih banyak duduk. Saya baru tahu kalau Budhe mengidap diabetes. Entah sudah berapa lama, karena Budhe bilang kalau kakinya mulai sering kesemutan, kebas, dan kalau luka lama sekali sembuhnya. Kabar terbaru dari Ibu saya, salah satu kaki Budhe sudah dibebat perban dan mulai menghitam.   Mungkin saja, diabetes yang diderita Budhe saya itu disebabkan oleh gaya hidup. Minum teh harus manis, cemilan manis selalu ada, olahraga seminggu sekali, dan HARUS makan nasi. Kalau sehari sudah makan berat 3 kali tapi belum makan nasi, ya dianggap belum makan. Jadi tetap akan tambah lagi makan nasi lengkap dengan lauk pauknya. Itu yang saya ingat waktu liburan lama di sana. Sekarang Budhe sudah menjalani pengobatan, mengatur pola makan, dan menjalankan pola hidup yang lebih sehat.   Apa itu Diabetes? Diabetes atau lebi

Dan Kersen Memaafkan Hujan...

Kersen bukan pohon biasa. Ia, tetap punya perasaan. Perasaannya, sekalipun ia menyangkal sedemikian rupa, tetap masih terluka bila mengingat bagaimana Hujan tak dapat menerima cintanya. Kersen berusaha melupakan, namun ia mendadak teringat kembali karena seorang gadis, yang menulis buku hariannya di bawah naungan dedaunanya tadi pagi.
Gadis itu cantik, rambutnya lurus sebahu dan dijepit rapi. Anak rambutnya bermain ditiup angin, namun tidak mengganggu pandangan dan kecantikannya yang sungguh alami. Gadis itu mendekap sebuah buku bersampul coklat yang cukup tebal. Agak lusuh, seolah sudah berulang kali dibuka-tutup oleh empunya.
Gadis itu mengenakn terusan putih, sepasang kaki mungilnya mengenakan sandal tali yang entah mengapa terlihat sangat anggun di kakinya. Ia berjalan pelan, sesekali melihat langit dan berusaha tersenyum tulus. Tak lama, ia sampai di depan batang kersen itu.
"Hai Kersen. Apa kabar? Aku datang lagi, boleh ya?"
Seolah mengerti dan ingin menjawab, Kersen mengayunkan dahannya yang paling rendah dengan lembut.
"Makasih," jawab si Gadis lalu tersenyum, sepasang lesung di pipinya yang mulus terlihat.
Gadis itu duduk di bawah, ia bersimpuh, menghela nafas sejenak, seolah menguatkan hati, kemudian membuka buku yang dibawanya. Sejenak, ia menatap lama pada halaman tertentu, keudian bahunya sedikit berguncang, ia menangis. Kersen yang merasa pilu, menggemerisikkan dedaunnya, ingin menghibur si Gadis. Gadis itu mengerti, membalikkan badannya dan mengelus dahan Kersen sejauh yang ia bisa capai, "Iya, terimakasih, ya." Ia lalu mengusap airmatanya. Ada jejak airmata yang mengering di wajahnya.
Gadis itu kemudian membalik halaman bukunya, mencari halaman yang masih kosong, lalu mulai menulis. Kersen membaca tiap kata yang gadis itu tuliskan dengan pilu, sungguh, bahkan Kersen ikut tersayat saat membacanya.

"Diaryku...
Aku masih tidak mengerti. Jujur, aku berusaha sangat keras untuk bisa melupakan apa yang ia lakukan. Tapi, sungguh, aku tidak mengerti. Mengapa? Aku salah apa? Mengapa harus aku..???"

Gadis itu memulai buku hariannya dengan penuh luka, tetes-tetes airmatanya memburamkan tulisan yang baru saja ia buat.

"Aku tahu, aku bukan gadis sempurna, tapi aku berusaha untuk menjadi seperti yang ia inginkan. Bahkan aku mengalahkan prinsipku sendiri, demi dia."

Kersen semakin penasaran, apa yang Gadis itu alami.

"Aku masih ingat, bagaimana ia menyatakan rasa cintanya padaku, seolah tidak ada orang lain di dunia ini, seolah aku adalah gadis terakhir di dunia ini, dan aku menerimanya.
Aku bahagia, Diary. Bahagia sekali. Ia lelaki yang tepat, untukku.
Tapi..."

Gadis itu menangis semakin kencang, bahunya bergetar semakin hebat.

"Tapi, aku tidak habis pikir... Dia tega mengkhianati kepercayaan yang aku berikan. Dia mengulanginya, bersama wanita itu... Dia... Mengulanginya... Aku bahkan tak pernah sanggup menuliskan apa yang sudah ia lakukan.. Aku merasa terhina. Aku merasa bodoh, Diary..."

Tulisan tangannya mulai berantakan. Airmatanya mulai berjatuhan. Namun ia tetap melanjutkan.

"Diary, aku tahu ini terlihat bodoh, tapi biarlah itu terjadi padaku, jangan ada gadis lain yang merasakannya juga. Izinkan aku menerima cintanya kembali, dengan tulus. Izinkan aku melupakan apapun yang pernah ia lakukan. Izinkan aku memaafkan mereka. Izinkan aku memberikan kesempatan padanya untuk kembali padaku. Izinkan aku mempunyai hati yang besar..."

Kali ini Gadis itu sudah menangis. Tangannya tetap menulis. Ia terluka. Kersen tahu betul itu. Gadis itu sedang mencoba menyembuhkan lukanya. Kersen menangis... Mengingat lukanya... Kersen menangis, untuk merelakan.. Kersen dan Gadis itu berusaha tetap tegar dan berusaha tidak melihat ke belakang. Kersen tahu, itu sangat sulit... Kali ini Kersen ikut menangis, untuk menyembuhkan luka hatinya, seperti yang Gadis itu tengah lakukan. Kersen tahu, memaafkan seharusnya menjadikannya pribadi yang lebih tangguh.

"Hujan, sekalipun aku terluka saat kau menolak cintaku, aku memaafkanmu, aku menerimamu, aku tetap mencintaimu..."

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Daftar Lagu Untuk Sakramen Perkawinan

Makan Nasi Lebih Sehat dengan SEKAI Rice Cooker Low Sugar

Oom Alfa; dan Pria Galau di Belakangnya