Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2018

Makan Nasi Lebih Sehat dengan SEKAI Rice Cooker Low Sugar

Gambar
Saya terakhir ketemu Budhe saya nun jauh di Jogja itu akhir tahun kemarin. Saat itu, Budhe saya yang saya ingat sangat lincah, cerewet, bugar justru tampak kurus, kuyu, lebih lesu, dan lebih banyak duduk. Saya baru tahu kalau Budhe mengidap diabetes. Entah sudah berapa lama, karena Budhe bilang kalau kakinya mulai sering kesemutan, kebas, dan kalau luka lama sekali sembuhnya. Kabar terbaru dari Ibu saya, salah satu kaki Budhe sudah dibebat perban dan mulai menghitam.   Mungkin saja, diabetes yang diderita Budhe saya itu disebabkan oleh gaya hidup. Minum teh harus manis, cemilan manis selalu ada, olahraga seminggu sekali, dan HARUS makan nasi. Kalau sehari sudah makan berat 3 kali tapi belum makan nasi, ya dianggap belum makan. Jadi tetap akan tambah lagi makan nasi lengkap dengan lauk pauknya. Itu yang saya ingat waktu liburan lama di sana. Sekarang Budhe sudah menjalani pengobatan, mengatur pola makan, dan menjalankan pola hidup yang lebih sehat.   Apa itu Diabetes? Diabetes atau lebi

Manusia-manusia Menyebalkan di Kantor

Gambar
Solo, Hari Kartini di tahun 2018 Hai gaes, saya mau posting susuatu lagi nih. Sesuai judul, saya mau surhat dikit tentang manusia-manusia yang nyebelin. Tidak, saya tidak mau membahas manusia-manusia di perkantoran yang main sikut-sikutan, yang suka menyebar cerita bohong dan fitnah demi mendapatkan perhatian, yang suka palsu alias muka dua alias fake , atau yang terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya pada teman sesama kroco di kantor yang dapat bonus lebih banyak atau yang dipromosikan naik jabatan. Yang saya mau bahas adalah mereka yang basically bekerja dengan baik tapi segala ‘kebiasannya’ tanpa sadar bikin kesal orang lain. Apa saja tho? ah, tetiba saya rindu Cekidot. 1.       Lelet uget-uget Mamak saya pernah bilang, “Jadi orang itu harus gesit, cekatan, tanggap”, dan itu memang sangat diperlukan di dunia yang kejam ini, Cintaku. Di sekolah saja kita dituntut untuk cekatan, untuk tepat waktu, untuk bisa mencapai targe nilai -paling tidak- minimum

#BeMoreProductive: Bikin Arrange Meeting Jadi Lebih Asyik

Gambar
Halo! Jumpa lagi dengan saya di blog ini. Iya, saya sedang selo sekarang. Selo banget malah. Maka salah satu cara saya untuk tetap #BeMoreProductive adalah memanfaatkan waktu dengan membaca dan mencoba kembali aktif menulis di blog ini. Kalau pas bengong di depan laptop begini, saya jadi teringat waktu saya masih sok sibuk jadi pegawai di kantor. Sibuk cek  inbox , agenda, dan kalender kerja. Ada  meeting  apa dalam waktu dekat. Kapan? Mau bahas apa? Ada cemilannya tidak?  Meeting . Suatu event rutin yang kadang mempersiapkannya jauh lebih rempong daripada eksekusinya. Bisa terencana, bisa mendadak. Apapun itu  meeting  adalah salah satu kegiatan rutin yang ditunggu dan benar-benar harus dipersiapkan dengan baik. Mempertemukan banyak kepala dalam satu waktu itu tidak mudah  gaes , maka harus digagas dan diagendakan dengan benar. Meeting Produktif Bertemu klien, meeting dengan rekan bisnis, bahkan mengadakan  event  tahunan kantor kadang menjadi tantangan terse

Tentang Sakramen Perkawinan

Gambar
Solo, April 2018 Happy weekend ya Gaes. Yang masih masuk kerja ya tetap dinikmati dan disyukuri. Yang masih bisa ngulet-ngulet di kasur sampai lewat tengah hari begini, ya juga dinikmati dan disyukuri. Kalau saya? Saya bisa bangun agak siang, dan akhirnya bangun total setelah ada makhluk berbulu yang ngambus-ngambus kaki saya. Karena suami saya di Sabtu syahdu ini tetap masuk kerja, maka saya mencari kegiatan lain. Kebetulan, mertua mau menghadiri pemberkatan perkawinan anak seorang teman, maka saya ikut saja lah, sekalian keluar, dolan. Heu. Kami sampai di Gereja Katolik Purwosari saat lagu antarbacaan sedang disenandungkan. Berarti misa dimajukan, soalnya secara waktu kami belum terlambat kok. Ciyus, enelan. Lagu antarbacaan yang dinyanyikan adalah lagu ciptaan Pak Putut almarhum, Kasih; Andaikan aku fasih berbicara Namun tak punya cinta kasih Ku bagai gong yang bergaung Andai imanku mampu pindahkan gunung Namun tak punya cinta kasih Ku tiada berguna Kas

Hoax dan Sekelumit Jempol yang Belum Terdidik

Gambar
Solo, April 2018 (wow, sudah April) Hidup saya sedang dalam fase amat sangat selo. Maka saya berusaha kembali produktif, minimal menulis kembali ke blog lah. Belajar. Soalnya menulis itu tidak mudah. Kudu banyak membaca, banyak tahu, kritis, dan harus bisa membedakan mana yang hoax mana yang bukan. Perkara hoax ini tampaknya sudah menjadi candu di tengah masyarakat Indonesia.  Jadi ingin menyanyi. "Adududuh betapa galau hatiku, jikalau lama ku tak jumpa denganmu..." Iya, seperti candu. Beredar satu, dicari yang lainnya. Tidak ada hoax yang sedang beredar? Ya dibikin! Gampang lagi nyebar hoax mah. Tinggal klik tombol share , maka berita entah-bohong-entah-benar itu pun akan segera menyebar dengan bahagianya. Seperti jamur di musim hujan. Eh, seperti jamur apa candu? Ya itu lah pokoknya. Hebatnya lagi, segala bentuk hoax ini benar-benar menyebar ke hampir semua penghubung antarmanusia, antarkota, antarprovinsi. Saya punya grup WhatsApp. Banyak malah. Pernah