Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Makan Nasi Lebih Sehat dengan SEKAI Rice Cooker Low Sugar

Gambar
Saya terakhir ketemu Budhe saya nun jauh di Jogja itu akhir tahun kemarin. Saat itu, Budhe saya yang saya ingat sangat lincah, cerewet, bugar justru tampak kurus, kuyu, lebih lesu, dan lebih banyak duduk. Saya baru tahu kalau Budhe mengidap diabetes. Entah sudah berapa lama, karena Budhe bilang kalau kakinya mulai sering kesemutan, kebas, dan kalau luka lama sekali sembuhnya. Kabar terbaru dari Ibu saya, salah satu kaki Budhe sudah dibebat perban dan mulai menghitam.   Mungkin saja, diabetes yang diderita Budhe saya itu disebabkan oleh gaya hidup. Minum teh harus manis, cemilan manis selalu ada, olahraga seminggu sekali, dan HARUS makan nasi. Kalau sehari sudah makan berat 3 kali tapi belum makan nasi, ya dianggap belum makan. Jadi tetap akan tambah lagi makan nasi lengkap dengan lauk pauknya. Itu yang saya ingat waktu liburan lama di sana. Sekarang Budhe sudah menjalani pengobatan, mengatur pola makan, dan menjalankan pola hidup yang lebih sehat.   Apa itu Diabetes? Diabetes atau lebi

Warkop Reborn: Bukan Candaan Semata

Gambar
Jakarta, 12 September 2016 Pertama-tama, selamat Idul Adha bagi handai taulan semua yang merayakan. Hoho. Oke, saya mau cerita sedikit. It's been a long time, without you my friend, eh maaf, bukan, maksud saya, sudah lama sekali sejak saya nonton film di bioskop. Biasanya sebulan itu ya.. 4 sampai 5 kali lah saya nonton (gela gela gela, Sugihartiiiiii). Habis itu makan nasi pakai sambel sachet dan kerupuk sampai gajian berikutnya. Intinya, saya sudah melewatkan banyak film bagus. Sabtu kemarin, saya memutuskan untuk menghabiskan uang di bioskop. Saya harus nonton Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Pokoknya harus!!! Kenapa harus? Karena, jujur, saya penasaran bagaimana these three men: Abimana, Vino, dan Tora, memerankan those three men: Dono (alm.), Kasino (alm.), dan Indro. Secara, Warkop DKI ya Dono, Kasino, Indro, bukannya orang lain yang berakting menjadi mereka. Tapi ternyata bukan cuma saya yang penasaran, banyak penggemar warkop yang juga penasaran. Terbukti d

Lupa UUD 45

Gambar
Jakarta, 4 Juli  2016 Good day. Selamat bergabung kembali dengan saya (yang masih seperti ini). Saya rasa blog saya mulai dipenuhi debu dan sarang laba-laba, tak lupa setumpuk kenangan dan ide yang tak terselesaikan, macam perasaan yang bertepuk sebelah tangan (tsaaaah!!!). Beberapa waktu lalu, pada saat hari pendidikan nasional yang jatuh tanggal 2 Mei kemarin, sebuah stasiun radio swasta mengajak para pendengarnya untuk berbagi kisah seru pada saat masih berseragam sekolah. Saya juga ikutan dong, biar hits. Maka saya mengirimkan kultwit: "Jadi pengucap UUD 45 lalu lupa alinea ke 4, bengong 5 menit sambil dipelototi Bapak yang adalah guru PPKn". Kalau saya baca lagi kultwit saya itu, saya paham kenapa tidak di- retweet oleh yang empunya acara. Lah, sebenere ya gak seru-seru banget kok. Tapi, percayalah, pada saat itu terjadi, pada saat momen itu, yang sungguh saya rasakan pertama kali adalah, MALU! Malu semalu-malunya. Masak pembukaan UUD 45 gak hafal? Anak

Raibnya Pie Susu

Gambar
Jakarta, 6 April 2016 Maaf, saya sedang berkabung, berduka cita, terluka terlalu dalam. Soalnya, saya.. saya.. kehabisan pie susu oleh-oleh seorang teman kos.. *crying hardly. Dua kotak broo.. Dua kotaak!!! 18 biji ludes dalam semalam????? Ebuseeeetttt... Lalu saya main think hard, dari sejumput anak kos yang suka lalu nongkrong di depan tivi, siapakah yang menghabiskan pie paling banyak? *emot mikir. Semalam itu 2 kotak utuh terhidang di meja. Dimakan 2 biji oleh bukan saya, lalu saya masuk ke kamar, untuk bobo cantik. Saya kenyang akut berkat seporsi besar nasi goreng pete demi menambah tenaga buat ngelembur setim. Sungguhlah saya berharap, saya masih punya kesempatan untuk mendapatkan secuil pie nikmat tersebut. Dan... harapan itu musnah sudah. Hancur berkeping-keping... Dilalap ganasnya api... Lalu hilang ditiup angin... Kemudian saya terpaku di depan kulkas, meratapi pie yang tinggal kenangan dengan berurai air mata.. Ya, demikian versi berlebihannya. Tapi

Sebungkus Kacang dan Jagung Manis

Gambar
Jakarta, 5 April 2016 Rasa-rasanya cerita seperti ini sudah banyak bertebaran di dunia maya. Sudah awam untuk kita mengenai bagaimana orang-orang masih berusaha mencari sesuap nasi dengan cara yang adil. Di mata saya, mengemis itu curang. Karena apa? Karena (maaf) tidak ada usaha di sana. Tidak di mata saya. Sabtu, 26 Maret 2016. Saya bersama abang dan seorang teman menaiki bis Mayasari No 34 jurusan blok M-Poris Plawad. Ada hajatan yang membawa kami hingga ke Karawaci. Saya sudah menyiapkan recehan sebanyak mungkin, karena akan ada banyak yang ngamen. Sudah dipastikan dan divalidasi. Dan benar saja. Belum ada semenit bis berjalan, seorang pengamen sudah mulai memainkan gitar, menyanyikan lagu pertama. Bersamaan dengan itu, seorang pria paruh baya mulai berjalan menyusuri bis sambil membawa sebuah kantung plastik besar berisi jajan ringan. Dari penumpang terdepan ia mulai merogoh kantung yang dibawanya dan menaruh dagangannya di pangkuan penumpang, masing-masing satu bungk

Sabtu Vigili 2016 di Karawaci

Gambar
Jakarta, Hari Minggu Paskah 27 Maret 2016. Holaaaaaaaa semuanyaaaaahhhhh.. Jumpaaaa lagiiiiii Ciiiii.. Luuuuuuuk... Baaaaaaaaa!!!! *lalu ditonyo sama Maisy yang udah jadi dokter. Selamat paskah semuanyaaaaaa.... Pagi ini, saya bangun dengan perasaan bahagia, bahagia, bahagia. Iyesss.. saya alay. Saya bahagia binggo lah pokok e. Mas Mbong, Mas Pildacil, UmBen Semalam saya habis tugas koor di Paroki Santa Helena Curug-Karawaci. Coba, iseng banget gak tuh misa malam Paskah jauh-jauh. Ini dalam rangka tugas negara sekaligus tugas keagamaan, eh kebalik, tugas keagamaan dan tugas negara, seperti Mars Santa Maria, "Mengabdi Gereja dan Pertiwi" , seperti Mars de Britto "Bagi Tuhan dan bangsamu" , seperti Mars Seminari Mertoyudan "Sedia akan karya bagi Gereja Bangsa" (ciyeeeee yang pacarnya alumnus Seminari Mertoyudan... susasuiit), dan seperti original soundtrack Tahun Kerahiman Keuskupan Agung Jakarta "Mengamalkan Pa

"Vina?"

Gambar
Aku melirik jam di ponselku. Sudah jam 10 malam. Vina masih asyik membaca novelnya di tempat tidurku. Dia memang suka menumpang baca di kamarku. Menurutnya kamarku lebih sejuk dan suasananya cocok untuk membaca. “Vin,” panggilku. “Hm..?” Vina mengangkat wajahnya dari novel yang sedang dibacanya. “ Udah malem, loh, ” ujarku. Aku juga sudah lelah, aku mau tidur. “Maaf ya, An. Kelamaan di sini jadinya,” Vina mulai mengemasi novel-novel yang dibawanya. Wajahnya menunjukkan keengganan. Pelan-pelam dia bangkit, beranjak menuju pintu, lalu berbalik, “besok malam boleh ke sini lagi, An?” “Iya, boleh,” jawabku. “ Thank you. Malam, Ana,” Vina pamit dan segera menuju kamarnya yang berada persis di seberang kamarku. Vina adalah sepupuku. Ayahnya dan ibuku adalah kakak beradik. Orang tuaku meninggal 10 tahun yang lalu dalam kecelakaan pesawat. Saat itu aku tidak ikut karena mereka melakukan perjalanan bisnis. “Dua hari lahi Ayah sama Ibu udah di rumah lagi,” begitu kata Ibu