Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2013

Makan Nasi Lebih Sehat dengan SEKAI Rice Cooker Low Sugar

Gambar
Saya terakhir ketemu Budhe saya nun jauh di Jogja itu akhir tahun kemarin. Saat itu, Budhe saya yang saya ingat sangat lincah, cerewet, bugar justru tampak kurus, kuyu, lebih lesu, dan lebih banyak duduk. Saya baru tahu kalau Budhe mengidap diabetes. Entah sudah berapa lama, karena Budhe bilang kalau kakinya mulai sering kesemutan, kebas, dan kalau luka lama sekali sembuhnya. Kabar terbaru dari Ibu saya, salah satu kaki Budhe sudah dibebat perban dan mulai menghitam.   Mungkin saja, diabetes yang diderita Budhe saya itu disebabkan oleh gaya hidup. Minum teh harus manis, cemilan manis selalu ada, olahraga seminggu sekali, dan HARUS makan nasi. Kalau sehari sudah makan berat 3 kali tapi belum makan nasi, ya dianggap belum makan. Jadi tetap akan tambah lagi makan nasi lengkap dengan lauk pauknya. Itu yang saya ingat waktu liburan lama di sana. Sekarang Budhe sudah menjalani pengobatan, mengatur pola makan, dan menjalankan pola hidup yang lebih sehat.   Apa itu Diabetes? Diabetes atau lebi

Diary Surabaya 4#: "Pak, Saya Ini Calon Apoteker.."

Gambar
Surabaya, 14 Februari 2013 Di hari kasih sayang alias Valentine (Sial!!! Hari Valentine, malah jauh dari Mas Pacar) kemarin, saya dan teman-teman PKPA tetap masuk dan menjalankan tugas dan kewajiban seperti biasa, sesuai jadwal (ya iyalah... Maunya doang Valentine dijadikan hari libur Nasional..). Hari itu, kelompok saya mendapatkan jadwal praktik di bagian UDD atau Unit Dose Dispensing. Ada 3 paviliun yang akan kami masuki, paviliun C1, B1, dan 7B (paviliun syaraf). Dari 6 orang di kelompok, kami dibagi lagi ke dalam 3 kelompok kecil, masing-masing 2 orang untuk 1 paviliun. Jadilah, selain demi kemudahan dalam membuat laporan, kami sepakat membagi diri sesuai asal universitas (1 kelompok terdiri dari 6 orang yang berasal dari 3 universitas berbeda). Saya dan teman saya (sebut saja Stefi) mendapat praktik di paviliun 7B yang mana adalah paviliun untuk penyakit syaraf. Pekerjaan kami di tiap paviliun adalah, mencatat obat apa saja yang tersedia di sana, mengelompokkan obat-obat yang su

Diary Surabaya #3 :Pentol (Jangan Salah Baca!!!)

Pentol, dengan e lemah seperti kalau ngomong ‘bedak’ adalah sejenis jajanan anak-anak (walaupun yang uda gede juga doyan), yang saya dan teman-teman temukan di depan sebiah SD di dekat kost-kostan. Buat saya pribadi, pentol bukan barang baru. Pertama kali saya tahu ada makanan bernama pentol ini tahun 2010, di pulau seberang, tepatnya di Palangkaraya. Abang-abang penjual pentol ini saya temukan sedang mangkal di bagian belakang Rumah Sakit Dr. Doris. Waktu itu, saya dan rombongan ke sana dalam rangka mau lomba. Kami menginap di kompleks yang biasa dipakai untuk diklat. Letaknya persis di belakang rumah sakit itu. Pentol di Palangkaraya (betulkan kalau saya salah ya) adalah bakso. Kalau bilang “Bang, beli pentol”, terus kalau abangnya nanya “Lengkap?” berarti itu beli semangkuk bakso, lengkap dengan mie, kuah, dan lain-lain. Kalau enggak lengkap, berarti ya pentolnya saja dengan saus plus kecap. Nah, kalau pentol yang saya temukan di Surabaya sini bisa milih, kalau bilang “Lengkap c

Diary Surabaya #2; Training Warna-Warni

Gambar
5 Februari 2013 Hari Selasa di RS ini berarti ada jadwal senam pagi berjamaah. Aerobik lebih tepatnya. Ada instruktur kheses yang didatangkan untuk memimpin senam.Saya agak teringat suasana kurang lebih 5 tahun yang lalu. Saat saya kelas 3 SMA sekolah saya mencanangkan program senam pagi bersama, tapi tiap hari Senin. Instrukturnya juga dari sanggar aerobik. Jadi ya gerakannya agak-agak gimana gitu... Pergerakan bagian belly yang jujur... Saya agak geli untuk menirukannya. Tapi toh, kami (anak-anak PKL) tetap ikut senam pagi gembira ria bersama para angkatan laut di lapangan Rumah Sakit yang memang sungguh JEMBAAAAAAAAAAAAAAARRRRR...!!!!! Lalu, kaitannya dengan training warna-warni...? Ini dia... Sebelum berangkat PKL kami disarankan membawa training karena ada jadwal rutin senam bersama. Sehari sebelum senam, kami tanya tentang atasan untuk dipakai saat senam, kata si ibu, "Bebas, kaos aja". Pas hari H, JENG JENG!!! Pasukan kami datang dengan mengenakan kaos warna-warni d

Dan Kersen Memaafkan Hujan...

Gambar
Kersen bukan pohon biasa. Ia, tetap punya perasaan. Perasaannya, sekalipun ia menyangkal sedemikian rupa, tetap masih terluka bila mengingat bagaimana Hujan tak dapat menerima cintanya. Kersen berusaha melupakan, namun ia mendadak teringat kembali karena seorang gadis, yang menulis buku hariannya di bawah naungan dedaunanya tadi pagi. Gadis itu cantik, rambutnya lurus sebahu dan dijepit rapi. Anak rambutnya bermain ditiup angin, namun tidak mengganggu pandangan dan kecantikannya yang sungguh alami. Gadis itu mendekap sebuah buku bersampul coklat yang cukup tebal. Agak lusuh, seolah sudah berulang kali dibuka-tutup oleh empunya. Gadis itu mengenakn terusan putih, sepasang kaki mungilnya mengenakan sandal tali yang entah mengapa terlihat sangat anggun di kakinya. Ia berjalan pelan, sesekali melihat langit dan berusaha tersenyum tulus. Tak lama, ia sampai di depan batang kersen itu. "Hai Kersen. Apa kabar? Aku datang lagi, boleh ya?" Seolah mengerti dan ingin menjawab, Ke

Diary Surabaya #1

Gambar
Surabaya, 1 Februari 2013 Ini hari kedua di Surabaya. Yang saya temukan, bener-bener… Surabaya itu kota yang menarik. Di Surabaya orang-orang tetap menggunakan bahasa Jawa. Sama persis. Yang membedakan itu logatnya. Orang-orang Surabaya memasang “no” di bagian belakang kata perintah. Seperti, “lebokno”, “delokno”, dan kata-kata yang lain. Logatnya yang seolah “bernyanyi” menjadi daya tarik tersendiri. Apalagi tadi pas saya membolang, jalan-jalan gak jelas terus ngangkot, di dalam angkot, saya berjumpa dengan seorang ibu-ibu batak yang berbicara dalam bahasa Jawa-Surabaya. Wasis sekali bahasa jawanya, yang bikin lucu itu logatnya. Sudahlah logat bataknya masih sangat jelas, ditambah logat Surabaya yang setengah matang, lucu sekali… Saya senyam-senyum sendiri selama mendengarkan si ibu berbicara dengan semangat 45 ala ibu-ibu batak yang lain. Abang saya yang sudah lama tinggal di Surabaya bilang, kalau mau membolang di Surabaya jangan jalan kaki. Lah? Membolang kan ya afdolnya jala