Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Makan Nasi Lebih Sehat dengan SEKAI Rice Cooker Low Sugar

Gambar
Saya terakhir ketemu Budhe saya nun jauh di Jogja itu akhir tahun kemarin. Saat itu, Budhe saya yang saya ingat sangat lincah, cerewet, bugar justru tampak kurus, kuyu, lebih lesu, dan lebih banyak duduk. Saya baru tahu kalau Budhe mengidap diabetes. Entah sudah berapa lama, karena Budhe bilang kalau kakinya mulai sering kesemutan, kebas, dan kalau luka lama sekali sembuhnya. Kabar terbaru dari Ibu saya, salah satu kaki Budhe sudah dibebat perban dan mulai menghitam.   Mungkin saja, diabetes yang diderita Budhe saya itu disebabkan oleh gaya hidup. Minum teh harus manis, cemilan manis selalu ada, olahraga seminggu sekali, dan HARUS makan nasi. Kalau sehari sudah makan berat 3 kali tapi belum makan nasi, ya dianggap belum makan. Jadi tetap akan tambah lagi makan nasi lengkap dengan lauk pauknya. Itu yang saya ingat waktu liburan lama di sana. Sekarang Budhe sudah menjalani pengobatan, mengatur pola makan, dan menjalankan pola hidup yang lebih sehat.   Apa itu Diabetes? Diabetes atau lebi

Kali Ini, Sebuah Puisi Untukmu...

Jakarta, 5 November 2014 Sejenak aku mengenang hari itu... 5 Oktober 2008 Di tengah deru angin dan hiruk pikuk jalanan Jogja, kamu ulangi lagi pertanyaan yang sama, yang sudah kamu tanyakan selama 2 minggu belakangan, "Kamu mau jadi separuh hatiku?" Sungguh, jujur saja, aku sangat berharap kamu melontarkan pertanyaan itu, berulang-ulang. Dan tiap kali kamu mengatakannya, rasanya jantungku siap melompat kapan saja. Lantas dengan wajah malu di balik punggungmu, dengan tanganku dalam genggamanmu kujawab, "Aku mau...". Kemudian? Selesai? Itu saja? Aku sungguh tak menyangka akan ada banyak kejutan yang terjadi setelah pertanyaan semi romantis darimu malam itu. Menjalin cinta denganmu bukanlah perkara gampang. Aku sempat gelisah, karena saat itu aku diminta untuk memilih... terus denganmu, ...atau... tak lagi punya ibu... Ini bukan roman picisan atau salah satu cuplikan opera sabun. Ini nyata terjadi, Saiank. Kamu tahu itu. Hubungan seorang ib

Suratku...

Gambar
Jakarta, 1 November 2014 Hai yang di sana... Selamat siang... Merindukan aku gak? Aku tahu, kamu sudah menunggu-nunggu tulisanku ini kan... Hihihihihi.. Maaf lama, ya... Aku mau mengucapkan sekali lagi, selamat hari jadi ya Saiank, yang ke 6. Sudah lewat banget sih.. Tapi aku mau mengucapkan secara optimal. Kalau kata Abang, kita ini pacaran atau sekolah SD sih kok sampai 6 tahun. Biarin aja, Saiank. Dia mah iri, karena LDRnya lebih jauh daripada kita.  Gak terasa ya, uda setahun kita pacaran jarak jauh begini (ah, boong, terasa banget kali...). Kamu tahu lah bagaimana keadaanku awal-awal jauh dari kamu, hobi nelpon terus nangis. Aku kaget, soalnya selama 5 tahun terakhir kamu selalu jadi pelarianku. Jarak kita dekat. Sekarang, walaupun masih satu pulau, rasanya kok jauh sekali dan tidak semudah dulu lagi kalau ingin ketemu. Aku mau lari ke mana? Kamu di mana? Kalau kata Raisa, "Seandainya, jarak tiada berarti, akan kuarungi ruang dan waktu dalam sekej

Seminggu Yang Lalu di Kawah Putih

Gambar
Jakarta, 12 Oktober 2014 Sebelum saya bercerita, izinkan saya mengucapkan... Selamat Menjadi Sarjana, bagi Lulusan Sanata Dharma 2014. Ciyeeeeeh... yang dandan dari jam 3 pagi kemarin.... Hahahahaha... Congrats yaaaak... *Pssssttt..jangan lupa, cari kerja woiii! Oke, mari rehat sejenak... 3 Oktober 2014, Saya sedang gelisah di kantor. Sudah jam 17.30 tapi saya masih belum bisa pulang, soalnya ada 1 dokumen yang bermasalah, dan kebetulan saya yang menyusun dokumen bermasalah tersebut. Padahal, jam 18.15 saya 'sebaiknya' sudah ada di pool D*ytrans karena jam 18.30 saya berangkat ke Bandung. Ciyeeeeeh... Karena buru-buru dan gelisah, akhirnya pemeriksaan dokumen tak kunjung kelar. Baru deh, setelah ibu supervisor turun tangan, masalah tersebut beres. Hihihihihihi... Akhirnya saya bisa cabut dari kantor tepat, jam 17.45 -_-". Perjalanan dari kantor ke kos kira-kira 10 menit lah, belum mandi, belum mampir Al**mart buat beli sangu, belum perjalanan ke pool yan

So Listen to the Radio

Gambar
Jakarta, 11 September 2014 SELAMAAAATTT HARI RADIOOOO NASIONAAAAALLLL....!!!! Radio gak pernah mati! Yeaaahhh!! Lagu-lagunya update, acaranya seru, klasik tapi modern. Dan yang seru itu, kalok SMS ke radio terus dibacain... Waaaahhh... BAngganya itu loooh... Hmmm, mantafff!!!! Sebagai seorang pendengar radio yang baik dan benar, mareeehhh merapat ngomongin radio. Kenapa 11 September? Tepat 69 tahun yang lalu, yaitu pada 11 September 1945, Radio Nasional pertama di Indonesia berdiri. Pasti tahu ya radio apa yang dimaksud. Yup!!! RRI, Radio Republik Indonesia, dengan slogan "Sekali di udara, tetap di udara". Sebenarnya, jauh sebelum itu, sekitar tahun 1920-an, sudah ada stasiun radio di Indonesia, didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda.Nah, fungsinya radio ini, karena kita kan masih dalam masa penjajahan Belanda juga, adalah sebagai sarana untuk menyampaikan segala peraturan dan tata tertib dari pemerintahan Belanda. Apalagi pas pecah Perang Dunia t

Hari Pramuka Indonesia

Gambar
Jakarta, 14 Agustus 2014 Selamat malam sodara-sodara sebangsa setanah air sekalian... Selamat hari Pramuka... Tepuk Pramuka! Prokprokprok prokprokprok prokprokprokprokprokprokprok!!!!! Sebagai seseorang yang pernah jadi anak Pramuka, saya merasa terpanggil untuk menyebarkan kabar gembira bahwa kulit manggis sekarang ada ekstraknya hari ini adalah hari Pramuka! Yap! Saya dulu anak Pramuka. Cuma 3 tahun sih, selama saya SMP. Kenapa saya ikut? Soalnya Mamak, Bapak, dan 2 abang saya sudah lebih dulu jadi anak Pramuka. Ceritanya 'iri' gitu, pada bisa pasang tali temali, pada keren gitu seragam Pramukanya, banyak tembelannya... Sampe-sampe abang saya yang nomor 2 itu, punya tetampan dengan TKK yang berdekatan satu dengan yang lain, saking banyaknya itu tembelan, udah ga muat di seragam Pramukanya. Sumber: 1bp.blogspot.com *iri membuncah... Saya bukan anak Pramuka yang berprestasi. Prestasi terbaik saya sebagai anak Pramuka itu hanya lolos seleksi u

Homesick...

Gambar
Jakarta, 10 Agustus 2014 Sudah seminggu sejak saya kembali dari tanah kelahiran saya, Bukittinggi. Saya gak akan bohong, saya masih sangat ingin di rumah. 10 hari rasanya kurang banget, mengingat saya sudah merantau dari umur 15 tahun lebih beberapa hari sampai sekarang, di usia saya yang hampir seperempat abad. Apa soal? Saya harus melanjutkan pendidikan. Bukan berarti saya bilang di Bukittinggi gak ada sekolah yang bagus, ya... Ada, tapi kami, sudah menentukan pilihan. Dan inilah pilihan itu, menjalaninya dengan risiko, jauh dari orang tua. Iya, betul, teknologi sudah sangat canggih, bahkan di tahun 2005, sekalipun ponsel belum booming-booming amat, email masih untuk kalangan kantoran, apalagi internet masi sebatas di warnet saja. Saya ingat betul bulan-bulan terakhir saya masih menggunakan IKABE nomor 18 untuk pulang, diteruskan dengan jalan kaki untuk sampai ke rumah, rasanya, saya bahagia. Betul, saya bahagia. Kenapa? Karena saya tahu, tak berapa lama lagi saya akan ada di p

Memilih; I am a Voter! For a Better Indonesia...

Gambar
Jakarta, 9 Juli 2014 Hari masih pagi ketika saya dibangunkan oleh dering ponsel saya sendiri. Jam 6.45. Mau muntab rasanya, tapi saya ingat, abang saya mau datang mengambil formulir A5 nya demi bisa mencoblos hari ini. Hahahahahaha... Dia bahkan datang jauh-jauh dari Salemba sana ke Pos Pengumben demi secarik A5 yang 'katanya' adalah surat sakti untuk kami-kami perantau ini bisa memilih di Jakarta. Kelar mendapatkan A5-nya Abang saya kembali ke Salemba, dan melanjutkan petualangannya di sana. Saya juga kembali, menghimpun teman-teman kos yang siap memberikan suaranya untuk presiden jagoannya. Tapi amunisinya beda-beda. Ada yang sudah punya A5 kayak saya, ada yang bawa C6, ada yang cuma bawa KTP, berharap bisa ikut andil di pemilihan presiden kali ini. Sampai di TKP, tentu saja, yang bawa C6 dan KTP ditolak, namun dialihkan ke Kelurahan. Sempat was-was juga nih, semoga kejadian waktu pemilihan legislatif tidak terjadi lagi. Bagaimanapun 4 teman saya yang bermodal

Surat Terbuka untuk Seluruh Indonesia

Gambar
Jakarta, 3 Juli 2014 Woooooyoooooo semuanyaaaaahhhhh... Selamat berjumpa lagi dengan sayaaaaah... Sudah berabad-abad saya gak nulis blog ini. Laba-laba uda bersarang deh di sini. Baiklah... Langsung saja... Indonesia Raya sedang bersiap-siap untuk melaksanakan pesta demokrasi, PEMILU. Kali ini, kita semua tengah bersiap untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden untuk periode 2014-2019. Entah perasaan saya saja atau bagaimana, tapi pencapresan kali ini seru banget gak sih? Mungkin karena calonnya cuma 2 pasang ya, jadinya perhatian masyarakat 'cukup' terpecah jadi 2; Prabowo-Hatta atau Jokowi-JK. Masalahnya, baik perhatian dan kampanye jadi agak keterlaluan, menurut saya. Benar-benar kelihatan siapa menyerang siapa. Agak berlebihan sih. Mendukung Capres dan Cawapres pilihan sih sah-sah saja, tapi kan gak harus pake acara 'menjatuhkan' lawannya dong, ya. Semua dicari celahnya, dicari kurangnya, pokoknya gak ada calon yang 'bersih', gak ada cal

Anniversary Mamak dan Bapak

Gambar
Jakarta, 4 Mei 2014, Hari ini, tepat 28 tahun yang lalu, sepasang anak manusia disahkan menjadi sepasang suami istri yang berjanji untuk hidup setia, dalam untung dan malang, dalam suka dan duka sampai maut memisahkan. Dan 28 tahun kemudian, mereka masih bersama, masih mengarungi bahtera yang sama, dengan 4 anggota lainnya yang tersebar di mana-mana. Pasangan ini tidaklah sempurna, pertengkaran ada kalanya menyelingi rumah tangga mereka. Namun, mereka berjanji tidak hanya di depan saksi semata, mereka berjanji di depan Tuhan, yang berarti pertanggungjawabannya amatlah sulit.  Hidup berumahtangga bukanlah mudah untuk mereka, perbedaan prinsip, munculnya anak-anak yang tanpa disadari mempengaruhi kondisi bahtera itu sendiri. Tapi di sanalah mereka, siap kapan saja. Mengerti dan memahami tanpa banyak bicara. Bekerja dan berupaya sebagai satu kesatuan. Ibarat kepala dengan badan, mereka tidak terpisahkan. Selamat ulang tahun pernikahan yang ke 28 Mamak da

Pelajaran Bahasa Indonesia

Gambar
Jakarta, 29 April 2014. Hai semuanyaaaaaa.... Apa kabar? Wah, lama tidak berjumpa ya. Baiklah, sebelum saya semakin besar kepala, merasa yang baca blog saya ini ada banyak, saya mau menulis saja. Tulisan kali ini berasal dari keprihatinan saya pribadi tentang semakin lunturnya kebanggan orang Indonesia untuk berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Ya...mungkin juga aneh kalau berbicara sama temannya dengan bahasa yang terdengar kaku dan baku. Tapi, ini bahasa kita sendiri. Tanggal 28 Oktober 1928 saja para pemudanya bersumpah "Menjunjung tinggi bahasa PERSATUAN, BAHASA INDONESIA", bukannya, "bahasa gaul", atau "bahasa alay". Kita mulai dari sejarah singkat dan teramat singkat dari saya. Akar bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu. Bahasa Melayu ini berkembang sangat pesat di Indonesia hingga kita bisa mengenal Bahasa Indonesia yang seperti sekarang ini tentunya dipengaruhi oleh banyak hal, salah satunya adalah adanya bahasa lain: Sanskerta, Arab,

Gadget: Antara Iman dan Hiburan

Gambar
Jakarta, 6 April 2014 Hai semuanya... Rasanya sudah bertahun-tahun blog saya ini tidak saya tulisi. Sibuk? Ah, alibi itu. Malas mungkin lebih tepatnya... Plus, pulsa modem yang sirna sekejap mata. Oke, saya menulis blog kali ini semata-mata karena gonduk dan saya tidak tahu mau menumpahkannya ke mana. Dan sebagai informasi, saya pernah menulis di blog ini dengan tema yang serupa. Ini adalah bulan ke 6 saya ada di Jakarta sebagai buruh pabrik kuali (hanya kiasan, tapi memang saya masih berstatus buruh). Selama 6 bulan ini, belum pernah 1 misa mingguan pun saya lewatkan (dan untuk seterusnya, jangan sampai ada yang missed ). Menjadi warga Jakarta bukanlah mimpi saya. Kota ini terlalu crowded , terlalu egois, dan yang jelas, saya tidak mau beranak-pinak di sini. Memang, masih banyak orang baik di Jakarta, tapi bukan itu yang hendak saya ceritakan. Selama saya di sini, ada 3 gereja yang pernah saya datangi untuk misa; Kristus Salvator Slipi ,Maria Kusuma Karmel Meruya, dan

Untuk Kamu...

Gambar
Kamis, 23 Januari 2014 Pukul 20.33 waktu setempat... Aku duduk dan mulai menulis... Hari ini hari spesialmu... Tapi yang aku sesalkan, aku tak di sampingmu di hari istimewamu ini Hari ini berlalu begitu cepat, namun terasa panjang, karena keadaan yang tidak mengizinkanku untuk kembali agar bisa menyapamu lebih dini... Kita tidak begitu jauh, tapi sungguh sulit bagiku untuk bisa menatap jauh ke dalam matamu lagi, Sungguh sulit bagiku untuk mendapatkan senyum ala anak kecil yang sebenarnya kadang tidak sepadan jika dibandingkan dengan usiamu sekarang, namun entahlah... Perpaduan itu tampak begitu sempurna di dirimu... Di harimu ini, aku mau bilang... "Terimakasih Tuhan, sudah menciptakan pria ini, tepat 26 tahun yang lalu... Terimakasih Tuhan, sudah Kaupertemukan aku dengan dia 5 tahun yang lalu... Di tengah hiruk pikuk manusia, Kautunjukkan satu untukku... Dia... Terimakasih Tuhan, untuk segala pergumulan hati yang pernah kami alami bersama... Itu berat, teramat

Untuk Yang (Merasa) Muak Dengan Indonesia

Gambar
Jakarta, 4 Januari 2014 Belakangan ini saya sering melihat beberapa teman saya menulis status tentang betapa muaknya mereka dengan negara kita tercinta, Indoensia. Ada juga yang akhirnya bisa menghela nafas lega karena akan segera berganti Presiden (walaupun saya enggak melihat satupun calon kuat yang pantas jadi Presiden berikutnya). Ada yang kesal karena merasa pembangunan hanya terjadi di Pulau Jawa dengan mengeruk kekayaan alam di Sumatera, Kalimantan, dan pulau-pulau potensial lainnya (la wong Ibukota di Jawa, wajar mah itu). Ada juga yang pengen berganti kewarganegaraan dan pindah ke negara lain, tidak menjadi masyarakat Indonesia lagi. *Miris... Saya bukan siapa-siapa, hanya warga biasa yang sedang mengurus NPWP dan terdampar di Ibukota. Saya bukan pahlawan yang rela mengorbankan seluruh jiwa raga dan harta benda mereka demi menjaga agar Sang Saka bisa berkibar dengan gagahnya di udara. Saya bukan dewan tertinggi negara yang entah benar entah tidak, tapi (kata