Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2012

Makan Nasi Lebih Sehat dengan SEKAI Rice Cooker Low Sugar

Gambar
Saya terakhir ketemu Budhe saya nun jauh di Jogja itu akhir tahun kemarin. Saat itu, Budhe saya yang saya ingat sangat lincah, cerewet, bugar justru tampak kurus, kuyu, lebih lesu, dan lebih banyak duduk. Saya baru tahu kalau Budhe mengidap diabetes. Entah sudah berapa lama, karena Budhe bilang kalau kakinya mulai sering kesemutan, kebas, dan kalau luka lama sekali sembuhnya. Kabar terbaru dari Ibu saya, salah satu kaki Budhe sudah dibebat perban dan mulai menghitam.   Mungkin saja, diabetes yang diderita Budhe saya itu disebabkan oleh gaya hidup. Minum teh harus manis, cemilan manis selalu ada, olahraga seminggu sekali, dan HARUS makan nasi. Kalau sehari sudah makan berat 3 kali tapi belum makan nasi, ya dianggap belum makan. Jadi tetap akan tambah lagi makan nasi lengkap dengan lauk pauknya. Itu yang saya ingat waktu liburan lama di sana. Sekarang Budhe sudah menjalani pengobatan, mengatur pola makan, dan menjalankan pola hidup yang lebih sehat.   Apa itu Diabetes? Diabetes atau lebi

Suatu Sore Bersamamu

Gambar
Aku sendirian lagi sore ini, menunggumu, masih di tempat yang sama. Sudut kafe yang temaram, yang selalu menjadi pelabuhan penatku untuk beberapa saat. Aku masih menunggumu, sampai hari ini. Setidaknya aku tak benar-benar sendiri. Secangkir kopi hitam nikmat yang masih mengepulkan asapnya dengan bahagia menemaniku saat ini. Kau belum juga datang. Aku merindukan kecupan kilatmu di puncak kepalaku saat kau datang dengan terburu-buru karena merasa berhutang waktu. Aku merindukan buku baru yang selalu ingin kau pamerkan padaku. Aku merindukan tawa renyahmu di sela-sela cerita dan kisahmu hari itu. Aku merindukan tatapan hangatmu yang selalu bisa membuatku ingin beranjak dan menghambur memelukmu. Aku ingat saat sebulan yang lalu… “Lili sayang, kamu mau bunga apa untuk pernikahan kita nanti?” tanyamu sambil menatap daftar bunga-bunga yang disediakan di florist itu. Hari itu, kita sedang mencari keperluan untuk pernikahan kita yang tinggal menghitung minggu. “Aku mau tulip, Sayang.

Finally part II

Ah... saya sudah lega duluan. Alasan saya? Karena saya sudah mendapatkan jadwal pasti untuk ujian tertutup. Thank's God biangeeeeeeeetttttttttttttt... Ternyata, mencari dosen untuk mencocokan jadwal ujian tertutup itu tidak sesulit mencari dosen untuk merevisi skripsi. Hahahahahaha... Yup, sekali lagi, ini waktunya saya membantai skripsi saya sendiri, yang sudah saya kerjakan selama berabad-abad. Ini titik terakhir per-S1-an saya. Saya bisa, seperti ketika teman-teman saya juga bisa melakukannya. Kelak, saya akan bisa dengan bangga berkata, WELL DONE!!!! _cici_

Finally

Suatu kebahagiaan tersendiri mendengar ibu dosen pembimbing skripsi mengatakan "Silahkan, kamu sudah boleh daftar ujian." Oke, sebenarnya tidak begitu juga sih yang dikatakan oleh beliau, lebih singkat lagi, karena saya yang tanya, "Sudah boleh daftar ujian, Bu?" dan beliau mengiyakan saya. Tanpa bermaksud hiperbola, tapi sungguh, saya bahagia sekali. Bahkan teman-teman seperjuangan saya, turut 'terharu' saat mendengar saya sudah boleh daftar ujian. Catat, saya baru mendaftar ujian, bahkan ujian tertutup saja belum. Berlebihan? Tidak, jika nasib per-skripsi-an nya seperti saya. Perjuangan merevisi skripsi sampai 14 kali (ini beneran, Believe it or not!), mengejar sang dosen yang rutin ke luar negeri dan suka gak kira-kira lamanya beliau di luar sana, tambah lagi rekan 1 tim saya yang mendadak menghilang. Andai saja dia menyingkirkan kemalasan, kami sudah bisa ujian bersama. Suer, kalau saja malas itu saya turuti, kalau saja saya bosan mengejar ibu dosen, mu

Kata Hati...

Gambar
“Cinta tak harus memiliki.. Cinta adalah melihat orang yang kita cintai berbahagia, meski ia bersama orang lain”. Terlalu sering aku mendengar orang berbicara seperti itu padaku. Aku hanya bertanya, apakah itu benar? Karena kalau itu benar, itu sangat kejam! Untukku, cinta adalah egois. Cinta adalah milikku, jadi, bila cinta tak harus memiliki, aku tak akan mungkin membiarkan diriku jatuh cinta. Terlalu sakit untuk mencintai orang yang bahkan tak menyadari cinta itu sebenarnya untuknya. Tapi, mungkin kadangkala benar bila aku harus membiarkan orang yang kucintai bahagia bersama orang lain. Mungkin akan baik bila aku bernasib seperti si putri duyung yang tak mendapatkan balasan cinta dari orang yang dicintainya, lantas menghilang dalam sekumpulan gelembung. Entah sudah berapa lama aku merenungi nasib, nasibku yang tak kunjungan mendapat balasan untuk bertepuk. Harus berapa kali lagi aku menghela nafas sedih? Harus berapa kali lagi aku memasang wajah gembira di depanmu, sementa