Surabaya, 1 Februari 2013
Ini hari kedua di Surabaya. Yang saya temukan, bener-bener…
Surabaya itu kota yang menarik. Di Surabaya orang-orang tetap menggunakan
bahasa Jawa. Sama persis. Yang membedakan itu logatnya. Orang-orang Surabaya
memasang “no” di bagian belakang kata perintah. Seperti, “lebokno”, “delokno”,
dan kata-kata yang lain. Logatnya yang seolah “bernyanyi” menjadi daya tarik
tersendiri. Apalagi tadi pas saya membolang, jalan-jalan gak jelas terus
ngangkot, di dalam angkot, saya berjumpa dengan seorang ibu-ibu batak yang
berbicara dalam bahasa Jawa-Surabaya. Wasis sekali bahasa jawanya, yang bikin
lucu itu logatnya. Sudahlah logat bataknya masih sangat jelas, ditambah logat
Surabaya yang setengah matang, lucu sekali… Saya senyam-senyum sendiri selama
mendengarkan si ibu berbicara dengan semangat 45 ala ibu-ibu batak yang lain.
Abang saya yang sudah lama tinggal di Surabaya bilang, kalau
mau membolang di Surabaya jangan jalan kaki. Lah? Membolang kan ya afdolnya
jalan kaki ya… Tapi, begitulah fenomena di Surabaya, Jalan Kaki=Freak. Kok
bisa? Soalnya Surabaya siang bolong panas banget brooooh… Bikin orang-orang
males buat keluar dan jalan kaki. Pergi beli rokok misalnya, walaupun warung
tempat beli rokoknya deket banget, mendingan naik motor deh. Pada takut item
kali ya… Selain itu memang kalau dilihat-lihat, fasilitas buat pejalan kaki di
Surabaya itu bisa dibilang agak minim. Trotoar rusak, zebra cross walaupun ada
tapi seolah-olah tidak ada. Jadi, kalau mau menyeberang, pertama: lakukan di zebra
cross, kedua: jangan ragu-ragu, terjang saja, seramai apapun, karena kalau
enggak, ya gak bakalan nyebrang-nyebrang. Surabaya bukan kota untuk para
pejalan kaki. Makanya, factory outlet atau distro begitu tidak berumur panjang.
Orang-orang di sini lebih suka ke mall, yang adem, pilihannya banyak, dan gak
perlu keluar masuk ruangan untuk melihat-lihat.
Saya pendatang, tujuan pertama saya waktu ke Surabaya adalah
melihat monument Surabaya, itu loh.. patung ikan Sura dan Buaya yang lagi
gelut.
Ternyata tempatnya dekat banget sebenarnya dari tempat saya ngekos
sekarang di daerah Wonokromo, 10-15 menit kalau naik angkot jurusan Joyoboyo.
Jalan kaki juga bisa, tapi ya itu tadi, kembali ke alasan kalau Surabaya kurang
cucok book buat jalan kaki. Mungkin kalau malam lain cerita ya, tapi ya saya
kurang tahu juga, belom pernah lihat dunia malam di Surabaya.
Saya masih mau mengekspos Surabaya, sebelum bertolak ke
daerah bermain lainnya seperti daerah Batu, Malang, mumpung masih lama banget
di Surabaya kan ya… Saya dan teman-teman masih punya waktu 2 bulan full. Selain
lihat mall yang kayaknya di Surabaya ini menjamur sekali, mungkin masih ada
tempat lain yang sebenarnya oke untuk ditongkrongi dan dijadikin objek atau
latar foto. Mariiiiiii…
woo,,,
BalasHapuswoooo
BalasHapus