Makan Nasi Lebih Sehat dengan SEKAI Rice Cooker Low Sugar

Gambar
Saya terakhir ketemu Budhe saya nun jauh di Jogja itu akhir tahun kemarin. Saat itu, Budhe saya yang saya ingat sangat lincah, cerewet, bugar justru tampak kurus, kuyu, lebih lesu, dan lebih banyak duduk. Saya baru tahu kalau Budhe mengidap diabetes. Entah sudah berapa lama, karena Budhe bilang kalau kakinya mulai sering kesemutan, kebas, dan kalau luka lama sekali sembuhnya. Kabar terbaru dari Ibu saya, salah satu kaki Budhe sudah dibebat perban dan mulai menghitam.   Mungkin saja, diabetes yang diderita Budhe saya itu disebabkan oleh gaya hidup. Minum teh harus manis, cemilan manis selalu ada, olahraga seminggu sekali, dan HARUS makan nasi. Kalau sehari sudah makan berat 3 kali tapi belum makan nasi, ya dianggap belum makan. Jadi tetap akan tambah lagi makan nasi lengkap dengan lauk pauknya. Itu yang saya ingat waktu liburan lama di sana. Sekarang Budhe sudah menjalani pengobatan, mengatur pola makan, dan menjalankan pola hidup yang lebih sehat.   Apa itu Diabetes? Diabetes atau lebi

Manusia-manusia Menyebalkan di Kantor

Solo, Hari Kartini di tahun 2018

Hai gaes, saya mau posting susuatu lagi nih.

Sesuai judul, saya mau surhat dikit tentang manusia-manusia yang nyebelin.
Tidak, saya tidak mau membahas manusia-manusia di perkantoran yang main sikut-sikutan, yang suka menyebar cerita bohong dan fitnah demi mendapatkan perhatian, yang suka palsu alias muka dua alias fake, atau yang terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya pada teman sesama kroco di kantor yang dapat bonus lebih banyak atau yang dipromosikan naik jabatan. Yang saya mau bahas adalah mereka yang basically bekerja dengan baik tapi segala ‘kebiasannya’ tanpa sadar bikin kesal orang lain. Apa saja tho?

ah, tetiba saya rindu

Cekidot.

1.      Lelet uget-uget
Mamak saya pernah bilang, “Jadi orang itu harus gesit, cekatan, tanggap”, dan itu memang sangat diperlukan di dunia yang kejam ini, Cintaku. Di sekolah saja kita dituntut untuk cekatan, untuk tepat waktu, untuk bisa mencapai targe nilai -paling tidak- minimum untuk bisa lulus. Siapa yang kecilnya suka dimarahin emak karena dianggap lelet? Lamban? Disuruh mandi susahnya setengah mati? Coba kalian ingat-ingat mulut emak kalian itu, sudah sampai kuping ketemu kuping belom? (Itu adalah istilah yang dipakai Mamak saya untuk menggambarkan kegeramannya menghadapi tindakan anak-anaknya yang dianggap lelet). Lah, apalagi di dunia kerja, ditambah lagi kalau bekerja dalam tim. Niscaya, manusia lelet adalah manusia pertama yang akan didepak karena dianggap memperlama pekerjaan, padahal kita semua tahu kan kalau yang namanya kerja itu ada target yang harus dicapai dalam waktu tertentu. Bayangkan kalau sebenarnya target bisa dipenuhi dalam 2 minggu, tapi gara-gara lelet target baru akan tercapai dalam waktu 2…
…tahun…
…cahaya.
Flash


2.      Si Manja
TIdak semua anak sulung itu keras kepala, sama halnya dengan tidak semua anak bungsu atau anak tunggal itu manja. Banyak dari mereka yang dilatih dan disiapkan untuk menghadapi dunia kerja yang sesungguhnya. Nah, tapi bukan berarti pegawai macam ini tidak berkeriapan di muka bumi. Ada kok 1 atau 2 juta manusia macam ini. Segala maunya harus diladenin dan diturutin, semacam kurang peduli sama urusan orang lain “Eh, tolong ambilin staples dong”, “Eh, lu mau ke fotokopi ya? Titip dong, dikit doang,” (padahal yang mau difotokopi ada 2 ratus lembar), “Mau beli makan siang? Beliin dong. Gue malas keluar. Panas. Entar gue item”, “Aduh, ACnya gak kerasa nih. Gerah tahu!” (padahal teman-teman seruangan lainnya sudah pakai jaket 2 lapis, kupluk, sarung tangan, dan kaus kaki). Sesekali membantu teman macam, begini ya bolehlah, tapi gak terus-terusan juga kalik.

3.      Egois
Wohooo, siapa yang di kantornya ada orang macam begini? Ngacung!
Sebagai orang yang pernah bekerja dalam hal dokumentasi dan berurusan dengan instansi pemerintah, saya tahu betul bagaimana kejam dan teganya manusia egois macam ini. Berurusan dengan instansi pemerintah itu gak melulu sekali kelar, ada kalanya butuh bolak-balik, ada kalanya butuh waktu berjam-jam untuk menunggu walaupun urusannya cuma 1 hal. Itu kalau cuma 1, kalau pas ribet urusannya banyak untuk departemen yang berbeda-beda ya wasallam, siap-siap saja olahraga sambil bekerja. Nah, untuk hal-hal seperti inilah kadang butuh tim untuk back-up, ya back-up setor muka, atau membantu mengambilkan dokumen di saat person in charge nya sedang ada perlu ke gedung yang lain, yang tidak memungkinkan untuk mak jegagig datang begitu dipanggil. Intinya adalah, mau ikutan menunggu.
Mereka dengan enaknya bisa meninggalkan teman satu timnya tanpa beban, “Gue udah selese nih. Gue balik duluan ya,” di saat teman-temannya lainnya masih rempong dengan urusannya dan akhirnya hanya bisa menatap nanar si manusia yang mau “balik duluan” itu. Dan manusia tipikal begini pantang menawarkan bantuan. Padahal kan gak susah tho kalau ngomongnya diganti begini, “Gue udah selese nih, mau dibantuin apa?” Ya tho?
Tapi sungguh masih ada manusia yang tidak peduli dan tidak mau peduli dengan urusan orang lain, bahkan urusan teman satu timnya. Selama urusan gue udah kelar, ya udah, gue balik duluan. Ngapain juga gue nungguin elu, elu, elu. Iya, elu!

4.      Berlebihan alias LEBAY
Sesuai pesan para leluhur, segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik, seperti konsumsi gula berlebihan bisa bikin diabetes, minum air putih berlebihan bisa keracunan air, micin berlebihan bisa bikin bodoh (katanya), begitu juga dengan respon dan kelakuan yang berlebihan bisa bikin muaque!
Kalau kaget, kagetlah dengan elegan, yang sesuai dengan skenario. Gak usah dibuat-buat ala-ala FTV gitu ah! Lebay bat aslik! Kalau bersin, ya bersin aja atuhlah, gak perlu suara bersinnya dinaikin dulu 2 oktaf, biar semua orang nengok. Pengen banget ditanyain, “Kenapa?” Dapat perhatian kagak, biasanya malah dinyinyirin iya. Kalau tertawa, ya tertawa saja. Ada manusia yang dari pabrikannya sono suara tertawanya sudah membahana. Asli tanpa pewarna atau pemanis buatan. Ada yang MEMBUAT, catat ya saudara-saudari, MEMBUAT, MEMBIKIN suara tawanya menjadi membahana. Gini ya guys, manusia itu diciptakan punya rasa dan hati. Sistem rasa dan hati ini yang membuat seseorang bisa membedakan mana yang asli mana yang dibuat-buat. Mau kelihatan asik ya caranya gak begitu-begitu amat lagi. Jadi diri sendiri saja. Niscaya, teman-teman Anda akan lebih menerima Anda. Gak usah fake gitu atuhlah. Malesin!


5.      Berantakan
Di kantor setiap karyawan mendapatkan meja kerjanya sendiri, ada yang terbuka begitu saja, ada yang kubikel. Meja ini akan menjadi otoritas si empunya meja selama dia bekerja di sana. Terkadang demi menambah semangat bekerja si empunya meja akan ‘mendandani’nya sedemikian rupa. Entah dengan menambahkan foto orang-orang tercinta, menambahkan sticker lucu, menempelkan post-it unik, dan lain-lain. Dan sesungguhnya, pekerjaan akan bisa setidaknya lebih menyenangkan bila meja Anda bisa rapi! Ada yang bilang “Berantakan adalah bentuk kreativitas tanpa batas!” Hasyaaaah. Itu mah bisaan orang-orang tertentu yang malas merapikan mejanya. Dengan lebih rapi akan lebih mudah menemukan dokumen, alat tulis, atau apapun yang biasa digunakan untuk menunjang pekerjaan. Berantakan selama bekerja sah-sah saja, tapi dengan kemudian merapikan ruang kerja kelihatan bahwa si empunya ruangan merasa memiliki tempat kerjanya dan bertanggung jawab atasnya. Well organized itu sesekali menyenangkan, loh. Jangan sampai lah meja kerja berantakan sampai ke lantai-lantai. Bikin suntuk! Tapi kalau mejanya selalu rapi bersih bersinar sepanjang hari, itu orang kerja gak ya?

6.      Rakus
Ada peribahasa yang berbunyi seperti ini: “Laper bikin dongo. Kenyang bikin bego!”
Hal itulah yang membenarkan beberapa manusia yang berstatus karyawan selalu sedia ransum di laci meja kerjanya. Entah biscuit, coklat, oatmeal, minuman sachet, atau nasi Padang. Selain itu ada kantor yang memperbolehkan karyawannya makan di meja kerjanya sehingga ransum di laci meja kerja akan sangat bermanfaat di jam-jam rawan. Sementara ada yang mengharuskan karyawannya makan hanya di kantin atau pantry dengan alasan kebersihan. Nah, biasanya untuk mereka yang bekerja di kantor dengan kebijakan pertama akan memanfaatkannya dengan baik seperti, bagi-bagi ransum tadi, bawa oleh-oleh buat dibagi-bagi ke teman-teman, beli jajan pas waktu makan siang buat dimakan nanti pas jam-jam laper yang bikin bego itu, atau buat ajang unjuk kebolehan hobi memasaknya dengan membagi hasil eksperimennya di dapur tetangga.

Pada kesempatan berbagi rezeki tersebut bisanya, BIASANYA ya.. ada satu atau dua oknum yang memanfaatkannya dengan sebaik mungkin. Caranya, dengan mengambil sebanyak-banyaknya makanan yang dijerengin, seolah-olah besok adalah hari terakhir dalam hidupnya. Oknum-oknum macam ini adalah mereka yang takut banget kehabisan sehingga pikirannya bundet dan tidak sempat untuk memikirikan orang lain. Rakus plus egois adalah perpaduan sempurna mereka yang layak dijadikan samsak! Cok kelen tengok dulu di kantor kelen, ada orang-orang macam ini? Kalok ada, kelen timpa saja mereka!

7.      Medit (Hiiii amit-amit Gusti)
Ada yang rakus, ada yang pelit amit-amit. Seorang teman saya pernah bilang, “Gue sebal bat sama orang medit. Gak barokah banget itu idupnya, mah!” Medit dalam segala hal ya gaes. Ini adalah contoh kasus umum medit yang pernah saya alami selama jadi karyawati suatu perushaan; Ada yang medit pas urusan nitip amplop teman nikahan, itungaaaaan banget. Udahlah nitip, pelit lagi (gak kasih tambahan ongkos pula; eh?). Ada yang medit urusan patungan beli hadiah buat teman yang abis lairan, wajahnya tu kayak, “Harus banget gue ikut patungan, pan yang beranak die, bukan gue.” Itu kalau urusan duit. Tapi saya masih berusaha memaklumi, karena ada orang-orang yang termasuk memperhitungkan segala pengeluarannya dengan baik, tahu sendiri lah cari duit zaman sekarang itu tyda lah gampang, my love. Ya kan? Saya pribadi sih masih bisa memaklumi orang-orang yang seperti ini. Masih bisa memahami lah.

Cem Tuan Krab

Yang saya agak gak habis pikir yaitu kalau ada yang medit urusan makanan, Kalau punya makanan ya dilahap sendiri aja, bomat sama teman-temannya, kayak lagu Caca Handika gitu, “Makan…makan sendiri. Gak mau bagi-bagi.” Ada orang kayak gini? Adaaaaaa… Paket combonya adalah kalau dia sudahlah rakus, medit pula! Widih. Kuping dan matanya tu kayak lebih sensitive gitu kalau ada yang buka kemasan makanan dan sudah minta, catat ya SUDAH MINTA DULUAN sebelum ditawarkan, tapiiiiiiiiiiiiiiiiiiii kalau dia sendiri yang punya makanan, boro-boro dah nawarin, kalau bisa ya diabisin sendiri. Bawannya kalau begini pengen ke gereja lalu ngaku dosa, karena segala umpatan sudah terpikirkan dalam kepala.


Maapkan lah kalau saya nyinyir, tapi saya gak tahan lihat makhluk-makhluk macam begitu berkeriapan di bumi. Kebanyakan manusia-manusia begitu gak berasa kalau disindir dan agak susah untuk dibilangin. Bisa sih dibilangin, tapi kumatan. Akan membaik sesaat lalu kembali ke tabiat semula. Nah, kalau di tempat Anda, yang menyebalkan macam mana yang berjaya?


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Daftar Lagu Untuk Sakramen Perkawinan

Makan Nasi Lebih Sehat dengan SEKAI Rice Cooker Low Sugar

Oom Alfa; dan Pria Galau di Belakangnya