Makan Nasi Lebih Sehat dengan SEKAI Rice Cooker Low Sugar

Gambar
Saya terakhir ketemu Budhe saya nun jauh di Jogja itu akhir tahun kemarin. Saat itu, Budhe saya yang saya ingat sangat lincah, cerewet, bugar justru tampak kurus, kuyu, lebih lesu, dan lebih banyak duduk. Saya baru tahu kalau Budhe mengidap diabetes. Entah sudah berapa lama, karena Budhe bilang kalau kakinya mulai sering kesemutan, kebas, dan kalau luka lama sekali sembuhnya. Kabar terbaru dari Ibu saya, salah satu kaki Budhe sudah dibebat perban dan mulai menghitam.   Mungkin saja, diabetes yang diderita Budhe saya itu disebabkan oleh gaya hidup. Minum teh harus manis, cemilan manis selalu ada, olahraga seminggu sekali, dan HARUS makan nasi. Kalau sehari sudah makan berat 3 kali tapi belum makan nasi, ya dianggap belum makan. Jadi tetap akan tambah lagi makan nasi lengkap dengan lauk pauknya. Itu yang saya ingat waktu liburan lama di sana. Sekarang Budhe sudah menjalani pengobatan, mengatur pola makan, dan menjalankan pola hidup yang lebih sehat.   Apa itu Diabetes? Diabetes atau lebi

OMK (Orang Muda Katolik) Gathering

Minggu, 24 November 2013

Kemarin saya dan teman-teman kantor pergi ke Gandaria City, sebuah mall di daerah Jakarta Selatan (bener kan?) untuk mengikuti misa. Acara ini bakal rame karena dihadiri Kardinal dari Vatikan dan diikuti oleh Orang Muda Katolik dari 3 kota, Bandung, Bogor, dan tentu saja, Jakarta. Bayangan saya, jam 11 yang tertera di tiket adalah jam mulai misa. Sampai pas berangkat itu pada telat dan semua pasang muka cemas. Cemas gak dibolehin masuk karena sudah terlambat. Jam setengah 12, kami baru sampai di Gancit dan ternyata, baru mulai registrasi ulang (bagi makanan). Acara tidak dimulai dengan misa karena Kardinal sang pemimpin misa masih dalam perjalanan. Entahlah, dari Vatikan langsung mungkin. Pas saya dan rombongan duduk, kami disuguhi marching band dari Santa Ursula (Rok kotak-kotaknya kok mirip banget sama STAMA punya), lanjut akustikan keroncong dari SMA Pangudi Luhur, lanjut entahlah dari mana lagi. Di acara ini juga, saya lihat teman saya yang pernah ikutan PSM di Sadhar, nyanyi. 
Acaranya meriah sekali, para peserta yang hampir seluruhya adalah orang muda (saya masih muda loh, catat) antusias. Hebohnya kayak heboh konser Noah. Padahal yang tampil adalah para Frater, tapi beneran deh, hebohnya kayak heboh konser artis. Semua berlomba-lomba untuk maju, jejingkrakan di panggung, bertepuk tangan, joget, ikut bernyanyi walaupun kebanyakan lagu adalah lagu rohani yang masih gress fresh from the oven, dan belum familiar. Saya enggak tahu, semangat apa yang membuat mereka maju dan dengan luar biasa lantang menyanyikan lagu pujian untuk Tuhan. 
Sempat kagum dan iri. Kagum, karena ini anak-anak masih muda banget. Paling umur belasan lah. Tapi niat banget datang dari jauh, untuk berkumpul atas dasar 1 iman, dan memuliakan Tuhan. Iri, soalnya dulu di tempat saya di Sumatera sono, susahnya bikin acara begini di tempat umum sekelas mall (la iya, mall aja belom punya, hahahahaha).
Anyway, dengan kemegahan dan persiapan matang, saya tetap mau mengkritik dan memberikan penilaian sedikti mengenai rangkaian acara ini.
1. Sound kurang oke untuk ukuran menjangkau satu ruangan Skeeno Hall. Kalau pas pakai microphone si oke, tapi kalau pas penampil adalah rombongan. Tari Kecak yang membernya udah banyak banget aja suaranya enggak kedengaran sampai belakang. Padahal kan bagus. Ada screen sih, tapi ya begitu, cuma kelihatan mereka mangap. Yang dikasih microphone cuma pemimpinnya. Ya alhasil suaranya dia doang yang kedengaran.

2. Terlalu lama. Puncak acara ini adalah misa yang dipimpin langsung oleh Kardinal Rylko. Saya, jujur, datang hanya untuk misa. Saya sudah sampai dari jam setengah 12 dan misa baru dimulai jam 17.30! Itu terlalu lama. Bahkan semangat anak-anak muda yang membara luar biasa, makin sore makin redup karena terlalu lama di ruangan, mana ACnya dingin banget lagi.

3. Mall=Riskan. Karena terlalu lama di dalam, saya dan beberapa teman memutuskan untuk keluar sejenak. Niat awal adalah ke Lotte mart dan beli minuman untuk sangu di dalam nanti. Tapi ujung-ujungnya, nongkrong di suatu tempat dan minum kopi. 1,5 jam nongkrong karena misa masih lama. Sempat ngerasa gak enak, tapi eeeeehh... banyak peserta yang keluar dan belanja juga, bahkan panitianya juga kelayapan dulu di mall, nongkrong ngopi-ngopi, dan mampir belanja dulu, bahkan belanjanya lebih hebring. Laaaaaaaahhh...

4. Pakaian. Acara ini memang diadakan di mall, pesertanya memang orang muda, tapiiiiiii apakah enggak ada pakaian yang lebih pantas? Acara puncaknya adalah perjamuan ekaristi! Kok ya datang pakai rok mini, baju yang belum jadi (enggak ada lengannya). Bahkan ada yang pakai hotpants!! Tapi ya mau gimana, panitianya aja pakai kaos oblong. Ada yang oke tuh, kaos oblong, trus dilapis blazer, selain kece, menurut saya itu lebih sopan dan layak buat misa kudus. Lah yang lain?

5. Ribut gak kira-kira. Adik-adik OMK sekalian, kalian duduk sama teman-teman kalian juga. Tak bisakah kalian menahan diri untuk enggak bergosip sejenak? Kan nanti habis misa masih bisa diteruskan ngobrolnya? Masalahnya, enggak hanya ngobrol sama yang di sebelah, tapi juga ngobrol sama yang di barisan seberang. Itu jauh banget! Dan mereka bisa cekikikan bareng. Aaaaaakkkkk...!!!!!

Tapi, bagaimanapun, saya salut sama penggagas acara ini. Harapan saya ke depan, semoga Orang Muda Katolik enggak hanya ikutan hura-hura pas nyanyi, ngobrol pas misa, tapi justru semangat menghayati iman sebagai seorang Katolik, dan ada yang terpanggil untuk bekerja di ladang Tuhan. Semangatmu kemarin jangan padam! Maju terus OMK Indonesia. Katolik Imanku! Garuda di dadaku!

"I say Yess, My Lord...
In good times, through all bad times...
I say Yess, My Lord...
For every word You speak..."


_cicilia_

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Daftar Lagu Untuk Sakramen Perkawinan

Makan Nasi Lebih Sehat dengan SEKAI Rice Cooker Low Sugar

Oom Alfa; dan Pria Galau di Belakangnya