Makan Nasi Lebih Sehat dengan SEKAI Rice Cooker Low Sugar

Gambar
Saya terakhir ketemu Budhe saya nun jauh di Jogja itu akhir tahun kemarin. Saat itu, Budhe saya yang saya ingat sangat lincah, cerewet, bugar justru tampak kurus, kuyu, lebih lesu, dan lebih banyak duduk. Saya baru tahu kalau Budhe mengidap diabetes. Entah sudah berapa lama, karena Budhe bilang kalau kakinya mulai sering kesemutan, kebas, dan kalau luka lama sekali sembuhnya. Kabar terbaru dari Ibu saya, salah satu kaki Budhe sudah dibebat perban dan mulai menghitam.   Mungkin saja, diabetes yang diderita Budhe saya itu disebabkan oleh gaya hidup. Minum teh harus manis, cemilan manis selalu ada, olahraga seminggu sekali, dan HARUS makan nasi. Kalau sehari sudah makan berat 3 kali tapi belum makan nasi, ya dianggap belum makan. Jadi tetap akan tambah lagi makan nasi lengkap dengan lauk pauknya. Itu yang saya ingat waktu liburan lama di sana. Sekarang Budhe sudah menjalani pengobatan, mengatur pola makan, dan menjalankan pola hidup yang lebih sehat.   Apa itu Diabetes? Diabetes atau lebi

Demi Bapak...

Tanpa bermaksud sentimentil melankolis, tapi, hari ini saya dan abang saya melakukan perjalanan suci luhur mulia dari kediaman masing-masing (baca: kos), menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta, untuk bertemu dengan Bapak kami...
Kamis, 14 November 2013, abang saya yang ada di Cikarang mengabarkan kalau Bapak yang sedang touring calon pensiunan, akan naik pesawat dari Jakarta, bukan dari Bandung. Nah, kesempatan nih, mumpung saya di Jakarta juga, bisa dong ketemu bapak saya barang 5-10 menit? Nah, hasil pembicaraan putus-nyambung dengan abang saya itu berakhir dengan kesepakatan bahwa kami akan ke bandara, apapun yang terjadi!
Yap! Hari ini, kami memulai perjalanan dari tempat masing-masing. Sempat janjian dengan abang saya untuk ketemuan di Blok M, akhirnya abang saya memutuskan untuk langsung ke bandara dari Cikarang dengan menumpak bendi, eh... DAMRI. Nah, saya? Teteuuup.. Mengandalkan metro mini andalan, metro mini nomor 70 yang akhirnyaaaaaaa....masuk terminal Blok M! Dari Blok M, saya sambung dengan DAMRI jurusan bandara. Estimasi saya, dengan perkiraan bapak akan flight jam 11 tet, adalah sebagai berikut:
1. Dari kos ke Blok M, lebih kurang 30 menit.
2. Dari Blok M ke bandara lebih kurang 1 jam, paling paiiiittt ya 1,5 jam.
3. Kalau mau lama ketemu bapak, berarti, saya harus sudah berangkat dari jam setengah 8 pagi!
Lah, saya baru ingat, ingat sama tumpukan baju kotor saya. Banyak banget! Seminggu deh kayaknya saya enggak nyuci (rekor niiiii..). Maka, demi kebaikan bersama, saya membagi cucian saya menjadi 2 kloter; malam dan pagi. Kloter malam adalah pakaian dalam, paginya adalah baju dan celana dan jaket dan lain-lain.Saya juga harus bangun jam 6 untuk bisa menjalankan rencana sesuai daftar tersebut.
Paginya, saya bangun agak terlambat, masih sempat leha-leha pulak, nonton SpongeBob dulu, baru nyuci, baru mandi. Padahal saya juga masih harus ke kos nya temen saya dulu. Alhasil, jam 8 lewat 5 saya baru keluar nyari metro mini. Matik! Bakal telat dong?? Saya khawatir demikian. Tapi, jalanan Jakarta Sabtu pagi masih cukup lengang, sehingga, tak sampai 20 menit, saya sudah sampai di terminal Blok M. Sedikit kebingungan, akhirnya saya berhasil nyelonong masuk ke DAMRI yang udah siap jalan. Cukup 30 ribu dan saya sudah sampai bandara jam 9.15. Itu artinya, saya hanya butuh 45 menit buat sampai bandara.
Selama perjalanan menuju bandara, bapak mengabarkan kalau ternyata flight-nya diundur jadi jam 2 siang. Wah, asiiik... bisa lebih lama nih kangen-kangenannya. Hahahaha... Singkat cerita, saya sampai bandara, tepatnya di terminal 2, dan mulai menghubungi abang saya untuk ketemuan. Setelah ketemuan dan makan, kami kembali menelepon bapak yang ternyata, baru jalan dari Cikampek! Masih lama dong berarti...??? 
Nah, demi membunuh waktu, saya dan abang saya menyusuri terminal 2, masuk, keluar lagi, beli minum di mesin otomastis, beli koran di atm koran, jalan sampai terminal keberangkatan luar negeri, balik lagi ke terminal 2, ngetem di dekat pintu masuk, begituuuuu terus sampai akhirnya sampailah bus yang membawa bapak saya dan rombongan di terminal 2 jam 12 siang. O iya, di bandara tadi saya melihat Endahnya Endah n Resa daaaannnn.. Noe Letto..! Lumayan, ketemu artis *abaikan, ora penting. Rombongan ini adalah rombongan PNS yang sudah akan purna tugas, alias pensiun. Mereka pun dibawa jalan-jalan. Kemarin sempat jalan-jalan ke Pekanbaru, yang mana setelahnya bapak saya demam gara-gara terpapar AC selama perjalanan, mana gak pake jaket pulak. Hahahaha... Perjalanan kali ini, mereka ke Bandung, main ke Cihideung, Tangkuban Perahu, dan lain-lain.
Salaman, kenalan sama teman-teman bapak, ngobrol pake bahasa Minang lagi (aaaaah... bahagia itu memang sederhana), ngopi-ngopi di Coffee Bean (berasa kaya sekali-kali bole kaaaaannnn). 
Ini looo Bapak sayaaaaa....
Kami ngobrol banyaaaaaakkk banget, terutama menanyakan kelanjutan bapak yang sudah mau pensiun. Tapi, bapak masih akan mengajar. Iyalah, sudah lama banget bapak saya ngajar di sana, di SMP Xaverius. Dari masih bujangan sampai saat ini, saat 3 anaknya sudah bekerja! Lama kaaaaaannnn...? Bapak juga tanya, pekerjaan kami itu apa sih? Abang saya menceritakan singkat PPIC itu ngapain, saya menceritakan singkat registrasi itu ngapain. Intinya, bapak lega karena kami enggak bersentuhan langsung sama zat kimia! Hehehehe... Itu mah, udah Pak, zaman masih kuliah dulu.
Sempat ada rasa enggak terima dan enggak percaya. "Beneran nih, bapak udah mau pensiun? Bapak saya loh? Bapak saya yang udah menghidupi saya sampai detik ini? Bapak saya yang tenar seantero Bukittinggi? Bapak saya mau pensiun? Sudah setua itukah bapak?" Padahal saya belum lepas sepenuhnya dari orang tua saya, tapi bapak sudah mau pensiun. Bapak pernah bilang begini, "Kalau Bapak enggak pensiun, ya orang-orang kayak kamu enggak punya pekerjaan dong, Nduk." Iya ya, regenerasi harus terjadi. Dan mungkin ini giliran bapak yang pensiun, memberikan kesempatan untuk mereka, kami, yang harus ganti cari uang.
Dan, tadi pulalah, akhirnya bapak mengeluarkan statemen, memberikan kode untuk minta cucu... Istilah bapak tadi MC, Momong Cucu. Ada-ada saja bapak saya ini...Hahahahaha... Amin, Pak, secepatnya. Minta doanya. 
Walaupun enggak secara langsung, saya mau mengucapkan terimakasih untuk bapak saya, pahlawan saya, cinta pertama saya, teladan saya, guru saya, teman saya, boss saya, pelindung saya, penasihat saya, dan untuk saya, bagaimanapun bapak saya, berkat beliaulah saya bisa seperti sekarang. Saya bersyukur, bapak saya berjuang untuk saya, abang, dan adek saya. Bapak saya, yang selama kami di Jogja, tidak pernah membawa gajinya utuh sampai ke rumah. Bapak saya, yang selalu panik kalau saya pulang terlambat dari ekskul Pramuka. Bapak saya, yang tidak pernah marah, tapi dalam diamnya saya tahu kalau bapak kecewa. Bapak saya, yang mendidik saya dengan tegas. Bapak saya, yang tak pernah lupa 'memamerkan' kami anak-anaknya kepada semua temannya. Bapak saya yang mengajarkan saya untuk memelihara iman saya. Bapak saya, yang berpesan agar saya menjaga kehormatan saya. Bapak saya, yang pendiam, tapi sanggup membuat orang terpukau dengan pidatonya. Bapak saya yang garing, tapi kegaringan dan kejayusannya itulah yang membuat rumah jadi ceria. Saya akan berjuang, supaya bapak bangga pada saya. Terimakasih ya, Pak... Love you...

_cicilia_yunilitaayu_simamora_sumarno

Komentar

  1. JANGAN LUPAKAN SI HABIB!! DIA JUGA ARTIS!!! *nggak santai*

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Daftar Lagu Untuk Sakramen Perkawinan

Makan Nasi Lebih Sehat dengan SEKAI Rice Cooker Low Sugar

Oom Alfa; dan Pria Galau di Belakangnya