Makan Nasi Lebih Sehat dengan SEKAI Rice Cooker Low Sugar

Gambar
Saya terakhir ketemu Budhe saya nun jauh di Jogja itu akhir tahun kemarin. Saat itu, Budhe saya yang saya ingat sangat lincah, cerewet, bugar justru tampak kurus, kuyu, lebih lesu, dan lebih banyak duduk. Saya baru tahu kalau Budhe mengidap diabetes. Entah sudah berapa lama, karena Budhe bilang kalau kakinya mulai sering kesemutan, kebas, dan kalau luka lama sekali sembuhnya. Kabar terbaru dari Ibu saya, salah satu kaki Budhe sudah dibebat perban dan mulai menghitam.   Mungkin saja, diabetes yang diderita Budhe saya itu disebabkan oleh gaya hidup. Minum teh harus manis, cemilan manis selalu ada, olahraga seminggu sekali, dan HARUS makan nasi. Kalau sehari sudah makan berat 3 kali tapi belum makan nasi, ya dianggap belum makan. Jadi tetap akan tambah lagi makan nasi lengkap dengan lauk pauknya. Itu yang saya ingat waktu liburan lama di sana. Sekarang Budhe sudah menjalani pengobatan, mengatur pola makan, dan menjalankan pola hidup yang lebih sehat.   Apa itu Diabetes? Diabetes atau lebi

Harapan Itu Bernama Imunoterapi


Memperingati Hari Kanker Sedunia yang jatuh pada 4 Februari yang lalu sejatinya adalah momen untuk meningkatkan kesadaran setiap orang terhadap penyakit kanker. Bahwa sekecil apapun yang dilakukan dapat memberikan andil untuk mencegah kanker.


Kanker itu apa sih?
Menurut data WHO, kanker merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia, setelah penyakit kardiovaskular. Lebih lanjut diperkirakan pada 2030 nanti jumlah penderita kanker meningkat menjadi 26 juta dengan 17 juta di antaranya meninggal.
 
Penyebab utama kanker adalah adanya mutasi atau perubahan genetik pada sel. Mutasi inilah yang membuat sel menjadi sel yang abnormal. Penyebab mutasi genetik sel ini antara lain karena adanya interaksi antara faktor gen induk dengan paparan dari luar seperti: radiasi UV, asap rokok, bakteri, parasit, dan virus. Mutasi genetik sel membuat sel-sel abnormal membelah tanpa terkendali dan tidak bisa dihancurkan oleh sistem pertahanan tubuh.

Sebenarnya, tubuh memiliki sistem pertahanan yang mampu mengenali dan menghancurkan sel-sel yang dianggap asing seperti sel kanker, dengan mengerahkan tentara tubuh kita yang disebut sel T. Namun ada hal yang menyebabkan sel T tidak mampu mengenali sel-sel asing tersebut, yaitu protein programmed death-ligand 1 atau PD-L1. Protein inilah yang “menyaru”, “mengelabui” sel T sehingga tidak mampu mengenali sel kanker dan justru terdeteksi sebagai sel normal.

Berdasarkan hal itu, para ahli terus mengembangkan prosedur penyembuhan selain yang sudah awam dilakukan antara lain operasi, radiasi, dan kemoterapi. Para ahli dan peneliti berusaha menemukan prosedur dan metode penyembuhan kanker dengan efek samping seminimal mungkin namun dapat meningkatkan hidup bagi para pasien kanker. Setelah melewati tahun-tahun dan serangkaian uji klinis yang pastinya tidak mudah, harapan baru bagi para pasien kanker telah hadir dalam bentuk Imunoterapi.

Sumber: kalahkankanker.com


Mengenal Imunoterapi
Sesuai namanya, imunoterapi adalah suatu tindakan pengobatan yang mendorong sistem kekebalan tubuh atau imun untuk lebih aktif dalam melawan penyakit, dan spesifiknya dalam hal ini, sel kanker. Ada 2 kelompok imunoterapi: aktif dan pasif.
Imunoterapi aktif adalah upaya merangsang sistem kekebalan tubuh untuk menyerang sel tumor/kanker melalui vaksinasi. Imunomodulasi non-spesifik, atau menargetkan reseptor antigen spesifik. Sementara imunoterapi pasif dilakukan dengan pemberian agen seperti mAb, limfosit, atau sitokin yang dapat meningkatkan respon antitumor.

Imunoterapi mulai dipilih untuk menangani penyakit kanker karena beberapa alasan berikut:
1. Imunoterapi dinilai lebih efektif bila dibandingkan dengan metode pengobatan lainya, seperti kemoterapi dan radiasi. Terutama pada pasien dengan kanker kulit;
2. Terapi bersamaan (misalnya dengan kemoterapi), dapat meningkatkan efektivitas pengobatan imunoterapi;
3. Efek samping yang ditimbukan lebih kecil, hal ini karena imunoterapi merangsang sistem imun untuk hanya menyerang sel kanker secara spesifik
4. Meminimalisir kanker muncul kembali, karena imunoterapi memicu imunomemori, di mana sistem imun mampu mengingat sel kanker sehingga dapat bereaksi dan menyerang apabila sel kanker muncul kembali.

Ada beberapa cara dalam tata laksana kanker dengan imunoterapi:
1. Antibodi monokolonal
Yaitu menggunakan protein imun buatan yang didesain sedemikian rupa untuk dapat menandai sel-sel kanker secara spesifik. Sehingga dapat menghancurkan sel kanker tanpa merusak sel yang sehat.
2. Vaksin kanker
Yaitu dengan menginjeksikan senyawa kimia ke dalam tubuh untuk mendorong respon imun terhadap penyakit.
3. Terapi sel T dan rekayasa sel T
Yaitu dengan merekayasa sel T sehingga menjadi antigen spesifik dari sel kanker itu sendiri
4. Checkpoint inhibitor
Yaitu dengan obat yang membantu sistem imun merespon sel kanker. Caranya dengan menganggu sel kanker “bersembunyi” dari serangan sistem imun.


Cara Kerja Imunoterapi
Seperti yang sudah dituliskan di atas, tubuh sebenarnya memiliki pertahanan sel T yang bekerja untuk mengenali dan menyerang sel-sel asing, namun protein programmed death-ligand 1 atau PD-L1 membuat sel T tidak mampu mendeteksi sel-sel kanker. Imunoterapi bertujuan untuk merangsang respon imun untuk mampu merusak ikatan PD-L1, mengenali sel-sel kanker, dan menghancurkannya.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa Imunoterapi terbukti efektif pada pasien dengan kanker stadium lanjut. Tentunya hal ini menjadi asa bagi para pasien dengan kanker untuk dapat meningkatkan harapan hidup mereka.

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai apa itu imunoterapi, bagaimana cara kerjanya, apa saja efek samping yang mungkin ditimbulkan, tentunya Anda tetap harus berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter Anda. 




Rujukan:

Cahyawati, Putu Nia. 2018. Imunoterapi pada Kanker Payudara. Bali: WICAKSANA; Jurnal Lingkungan dan Pembangunan


Kementerian Kesehatan RI. 2015. Mediakom; Kanker, Pembunuh Papan Atas. Jakarta: Kemenkes RI. pp 10-12

Website Alodokter, diakses pada 14 Februari 2020
Website Kalahkan Kanker, diakses pada 14 Februari 2020
Website Tirto.id, diakses pada 14 Februari 2020 
Website Roche, diakses pada 18 Februari 2020 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Daftar Lagu Untuk Sakramen Perkawinan

Makan Nasi Lebih Sehat dengan SEKAI Rice Cooker Low Sugar

Oom Alfa; dan Pria Galau di Belakangnya