Makan Nasi Lebih Sehat dengan SEKAI Rice Cooker Low Sugar

Gambar
Saya terakhir ketemu Budhe saya nun jauh di Jogja itu akhir tahun kemarin. Saat itu, Budhe saya yang saya ingat sangat lincah, cerewet, bugar justru tampak kurus, kuyu, lebih lesu, dan lebih banyak duduk. Saya baru tahu kalau Budhe mengidap diabetes. Entah sudah berapa lama, karena Budhe bilang kalau kakinya mulai sering kesemutan, kebas, dan kalau luka lama sekali sembuhnya. Kabar terbaru dari Ibu saya, salah satu kaki Budhe sudah dibebat perban dan mulai menghitam.   Mungkin saja, diabetes yang diderita Budhe saya itu disebabkan oleh gaya hidup. Minum teh harus manis, cemilan manis selalu ada, olahraga seminggu sekali, dan HARUS makan nasi. Kalau sehari sudah makan berat 3 kali tapi belum makan nasi, ya dianggap belum makan. Jadi tetap akan tambah lagi makan nasi lengkap dengan lauk pauknya. Itu yang saya ingat waktu liburan lama di sana. Sekarang Budhe sudah menjalani pengobatan, mengatur pola makan, dan menjalankan pola hidup yang lebih sehat.   Apa itu Diabetes? Diabetes atau lebi

Belanja Bijak, Cek KLIK!



Cek KLIK


Menjadi seorang ibu adalah salah satu dari sekian mimpi saya yang sudah menjadi kenyataan. Saya sadar betul kalau menjadi ibu bukanlah hal yang mudah. Enggak ada sekolahnya, semua learning by doing. Harus pintar memilih dan memilah ajaran. Apalagi ajaran-ajaran dan hal-hal yang dilakukan ibu-ibu pada zaman saya kecil bisa dibilang gak melulu relevan dengan kondisi sekarang.

Misalnya, zaman dulu bayi sudah mulai diberikan makanan pendamping ASI di usia 4 bulan. Zaman sekarang, bayi baru boleh diperkenalkan makanan pendamping ASI di usia minimal 6 bulan, karena pada usia tersebut organ pencernaan bayi sudah lebih siap menerima asupan yang lebih padat daripada ASI.

Tentu MPASI sekarang juga enggak main-main. Terima kasih kepada sosial media dan akun-akun para mahmud merangkap influencer yang berhasil melakukan branding MPASI 4 bintang, 5 bintang, dan bintang-bintang lainnya. Plus, bahan-bahan MPASI yang namanya sulit diucapkan oleh lidah saya yang teramat ndeso ini. Saya sempat tergoda dan merelakan diri merogoh kantung lebih dalam supaya sebotol minyak canola tersedia di dapur. Sedikit mengurangi jajan keripik kentang supaya sekotak keju khusus MPASI nangkring di lemari pendingin dan siap ditambahkan saat saya memasak MPASI.

Tetapi, namanya bayi tidak bisa ditebak ya, Ibu-ibu sekalian. Bubur dengan bahan-bahan yang tidak bisa didapatkan di mas-mas penjual sayur keliling ternyata tidak menjadi jaminan untuk disukai. Hari ini dia mau makan, besok buburnya habis disembur. Besoknya lagi bahkan tidak sempat masuk mulut. Masak lagi dengan bahan-bahan yang ada di kulkas, ya sama saja. Menu pagi habis, menu siang boro-boro habis, ditelan saja sudah syukur. Menurut saya yang masak sih enak-enak saja, tapi menurut anak saya itu, Enggak enak, Ma”, sambil menyemburkan bubur hingga ke muka saya dengan penuh sukacita.

Kalau sudah begitu, bubur instan atau biskuit bayi menjadi penyelamat. Anak saya jangan sampai merasa lapar. Kita-kita yang sudah besar begini kan kalau lapar bawaannya pasti lain, ngantuk lah, mudah marah lah, ya sama dengan bayi. Hanya saja bayi belum bisa mengungkapkannya. Paling banter ‘kan menangis. Jadi terima kasih kepada produsen bubur bayi instan dan biskuit bayi yang menyediakan produk dengan rasa yang bermacam-macam dan enak-enak, yang (syukurlah) disukai anak saya.

“Eh, tapi aman nggak kasih makanan instan gitu ke bayi?”
“Namanya buatan pabrik pasti pakai pengawet.”
“Bergizi, nggak?”
“Berkualitas, nggak?”
Hayo, siapa yang pasti kepikiran begitu setiap kali mau memberikan makanan instan buat bayi? Saya sih kepikiran. Makanya sebagai konsumen dan ibu masa kini yang cerdas dan ceria, kita harus bijaksana dan pandai memilih produk.
Gimana caranya, Moms?”
Gampang, kok. Cukup dengan Cek KLIK.
Apaan tuh, Cek KLIK?”
Sini sini saya jelaskeun.

Cek KLIK merupakan adalah suatu langkah yang digagas oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM ya, bukan BePePOM) untuk memastikan kita-kita sebagai konsumen dapat memilih pangan dengan aman, yaitu dengan Cek Kemasan, Cek Label, Cek Izin Edar, dan Cek Tanggal Kedaluwarsa.




Yuk, kita pelajari satu persatu.

1. Cek Kemasan
Sebelum membeli produk, pastikan kemasan dalam keadaan baik, utuh, tidak rusak, sobek, menggelembung, atau bocor. Bila kemasan memiliki segel, pastikan segel masih terpasang dengan baik dan belum pernah dibuka. Keutuhan kemasan merupakan screening awal bahwa kondisi makanan di dalamnya baik.


2. Cek Label
Selalu baca label kemasan. Pastikan paling tidak 6 hal ini tercantum pada label: nama produk, jenis produk, komposisi, kode produksi, nomor izin edar, dan tanggal kedaluwarsa.


3. Cek Izin Edar
Izin edarnya ada, Moms? Pasti aman dong?
Hei, tunggu dulu Esmeralda. Pastikan keabsahannya dulu. Caranya dengan mengakses cekbpom.pom.go.id, lalu masukkan nomor izin edar produk tersebut.
Kalau informasi yang muncul di database BPOM sama dengan yang tercantum di kemasan, berarti nomor izin edarnya sah, legal, dan resmi.



4. Cek Tanggal Kedaluwarsa
Nah, ini yang suka ketinggalan diperiksa, tanggal kedaluwarsa. Yaitu batas waktu terakhir produk tersebut masih layak konsumsi. Beberapa varian (cieilah varian…) informasi tanggal kedaluwarsa:
- Best Before
- Expired Date
- Baik digunakan sebelum
Ini penting ya. Mengonsumsi produk yang sudah lewat masa kedaluwarsa itu jelas berisiko. Kualitas produk sudah berkurang atau bisa saja bahan produk tersebut mengalami perubahan komposisi kimia yang mungkin dapat membahayakan. Hiii syerem…





Jadi bagaimana? Gampang kan? Yuk, jadi konsumen cerdas dengan selalu cek KLIK sebelum membeli bahan pangan.
Ingat ya, #BelanjaAman #AyoCek KLIK!

Cicilia


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Daftar Lagu Untuk Sakramen Perkawinan

Makan Nasi Lebih Sehat dengan SEKAI Rice Cooker Low Sugar

Oom Alfa; dan Pria Galau di Belakangnya