Makan Nasi Lebih Sehat dengan SEKAI Rice Cooker Low Sugar

Gambar
Saya terakhir ketemu Budhe saya nun jauh di Jogja itu akhir tahun kemarin. Saat itu, Budhe saya yang saya ingat sangat lincah, cerewet, bugar justru tampak kurus, kuyu, lebih lesu, dan lebih banyak duduk. Saya baru tahu kalau Budhe mengidap diabetes. Entah sudah berapa lama, karena Budhe bilang kalau kakinya mulai sering kesemutan, kebas, dan kalau luka lama sekali sembuhnya. Kabar terbaru dari Ibu saya, salah satu kaki Budhe sudah dibebat perban dan mulai menghitam.   Mungkin saja, diabetes yang diderita Budhe saya itu disebabkan oleh gaya hidup. Minum teh harus manis, cemilan manis selalu ada, olahraga seminggu sekali, dan HARUS makan nasi. Kalau sehari sudah makan berat 3 kali tapi belum makan nasi, ya dianggap belum makan. Jadi tetap akan tambah lagi makan nasi lengkap dengan lauk pauknya. Itu yang saya ingat waktu liburan lama di sana. Sekarang Budhe sudah menjalani pengobatan, mengatur pola makan, dan menjalankan pola hidup yang lebih sehat.   Apa itu Diabetes? Diabetes atau lebi

Belajar Jadi Ibu



Mungkin kalau membaca judulnya ini agak berlebihan; Belajar Menjadi Ibu. Jangan mikir negative dulu, ya. Menjadi ibu di sini, bukan dalam arti pake hamil dulu, karena saya maunya disahkan dulu di depan Tuhan, orang tua, dan Negara baru tancap gas! *Plok plok plok plok…. Menjadi ibu di sini adalah menjadi wali buat adek saya, si bungsu dalam keluarga yang ‘terpaksa’ pindah sekolah. Kondisi ini menuntut adanya seorang wali, ya iya lah, Mak sama Bapak kami ada di Sumatera sono, sementara kami mengeram di Jogja. Jadilah, saya ditunjuk menjadi wali. Nggak main-main, disahkan secara hukum oleh seorang notaris, yang kalau diturut berdasarkan marga atau apapun adalah Paktuo saya.
Selama mengurus kepindahan adik saya yang sungguh menguras emosi, bensin, tenaga, duit (jelassss…), fokus, dan konsentrasi, saya pun berjanji: kalau besok saya punya anak, saya akan berusaha supaya dia nggak pake acara pindah sekolah, unless… TERPAKSA pindah sekolah (dengan alasan baik-baik). Yang bikin agak berat (maap lo, Dek) itu adalah jarak kos-an saya dengan sekolahan baru dia itu yang lumayanlah. Untungnya, SMA saya dulu ya di dekat-dekat situ, jadi urusan jalan, belokan, simpang, bahkan jalan tikus, tahu lah. Selama mengurus itu, saya sadar, saya nggak mungkin ngurusin sendirian karena semua pake duit sekarang. Ada biaya yang harus dibayarkan dengan label “Saat itu juga” minimal 50% (sial! 50% tuh minimal!). Alasan itu yang membuat salah satu orang tua saya, My Super Mom, datang sendirian ke Jogja. Sedap! Jadilah kamar kos saya rame luar biasa. Selain berisi saya dan barang-barang saya yang sudah luar biasa banyak (plus 1 kardus milik oknum yang pura-pura lupa udah nitip), ditambah barang-barang adek saya karena dia gak hanya berjudul pindah sekolah, tapi juga pindah tempat tinggal, barang-barang bawaan Mamak turut andil dalam memenuhi kamar saya dengan ukuran 3x4 itu.
Kehadiran Mamak ibarat mata air di padang gurun yang panas dan gersang. Tahu kan maksud saya… *Ting..ting..ting… Judul anak kos membuat saya sudah hampir kehabisan dana menuju akhir bulan, dan Puji Tuhan… Mamak datang, membawa angin segar (halah!). Intinya, makan terjamin selama ada Mamak di Jogja. Selain itu, Mamak membantu saya merapikan kamar dan membuatnya menjadi sedikit lebih luas. Hahahahahahaha… Bahagia itu memang sederhana. Mamak suka cerita, gimana selama Mamak dan Bapak di rumah, suka kepikiran kami tiba-tiba, kami makan gak, sehat gak, aman gak…? Jujur, itu hampir membuat saya nangis, karena Mamak cerita pun dengan mata berkaca-kaca. Ini yang membuat saya bertekad untuk tidak mengecewakan mereka dan ingin membahagiakan mereka di hari tua mereka nanti (AMIIIIIINNNNNN!!!!). Mamak juga cerita, gimana kalau ditanya, Mamak dengan bangganya menjawab kalau anak-anaknya sekolah di Jogja, di sekolah dan di fakultas yang favorit, dan aktif di kampus, punya nama lah ceritanya. Selain itu Mamak cerita tentang sehari-hari di kantor guru, di sekolah, sehari-hari di rumah, yang mana Mamak sekarang suka merotasi lokasi tidur, kadang di kamarku, kadang di kamar adek, kadang di kamar mereka sendiri.  Supaya terpakai, alasan Mamak waktu kutanya buat apa. Iya juga sih, secara ada 3 kamar tidur di sana dan yang benar-benar terpakai hanya kamar Mamak dan Bapak saja. Tapi, walaupun 2 kamar yang lain kosong, kondisinya tetap kayak ada yang memakainya, rapi, bersih, We O We pokoknya! Mamak saya…(entah kenapa, bakat bersih-bersih itu gak nurun ke saya).
Begitu Mamak pulang karena urusan birokrasi dan lain-lain sudah tinggal menyelesaikan pritilan-pritilannya, tinggalah kami kembali menjadi anak kos. Sepi juga, soalnya pas ada Mamak, ada ajaaaa yang diceritain. Hahahaha.. *menyusut air mata. Saya dan adek saya tinggal berdua lagi, soalnya adek saya belum jatahnya masuk kos baru. Maka, menunggu hari mengantarkan dia ke kos, dia tinggal sama saya, ke mana-mana sama saya (ya iya, yang bawa motor kan saya. Wahahahahaha..), makan saya yang bayarin (Asem!), dan yang terpenting, menuntaskan prosedur kepindahannya itu. Waktu akhirnya saya mengantar dia ke kos dan meninggalkannya di sana, baru deh, berasa nggak tega-nya. Tapi kalau nggak tega terus, dia gak bakalan bisa mandiri dong. Malemnya saya kepikiran, ini anak makan gak ya, duitnya masih ada gak ya, betah gak ya, dan lain-lain, dan lain-lain, dan lain-lain. Sekarang saya (mungkin) bisa merasakan apa yang dirasakan Mamak saya selama ini. Walaupun masih 1 kota, tapi kondisi di mana gak bisa memantau langsung itu lo yang bikin jadi suka kepikiran. Semoga saja, dengan jadi wali buat adek saya ini, saya belajar juga kalau jadi orang tua itu nggak semudah kelihatannya. Kita harus bisa jadi jagoan dan membela sekalipun yang dibela juga ada salah, harus tegas walaupun sebenarnya nggak tega, harus tegar walaupun sebenarnya di dalam hati sedih luar biasa, harus mengorbankan banyak hal demi menuntaskan sesuatu, dan harus berani mendahulukan kepentingan dia di atas kepentingan kita sendiri. Sepakat!


Yogyakarta, 13 Juli 2012
_cici_

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Daftar Lagu Untuk Sakramen Perkawinan

Makan Nasi Lebih Sehat dengan SEKAI Rice Cooker Low Sugar

Oom Alfa; dan Pria Galau di Belakangnya