Makan Nasi Lebih Sehat dengan SEKAI Rice Cooker Low Sugar

"Bobok, Sayang, Mama ngantuk,” adalah salah satu kalimat sakti yang mungkin saya ulangi saban 2 jam. Hal ini sudah terjadi selama 3 hari terakhir.
Pertamanya anak saya pilek, hidungnya mampet, terus jadinya rewel gak keru-keruan. Mungkin karena tidak nyaman. But I’m sleepy (Petamburan. Eh, itu Slipi). Saya capek, saya ngantuk, saya iri sama suami yang tetap bisa nyenyak bahkan ngigo padahal kaki anaknya uda temangsang di dadanya. Ckckckckck.
Sebenarnya ada beberapa hal yang saya pastikan sebelum mengajak anak saya untuk tidur.
1. Kenyang.
Saya harus pastikan dia sudah kenyang. Biasanya dia akan makan sore di jam 5. Kalau belum disambung minum susu, maka nanti jam 7 malam akan minum susu. Biasanya, susu untuk malam agak saya kentalkan. Apalagi kalau pas dia makan malamnya gak banyak, susunya akan saya kentalkan lagi, biar kenyang, sembari tetap saya berikan cemilan macam biskuit, roti bakar, telur orak-arik plus kecap, gak mengandalkan susu formula doang.
2. Sudah menuntaskan pembuangan (yang besar)
Karena masih pakai popok, saya belum terlalu mengkhawatirkan masalah pipis dan ngompol, tapi sudah mulai kami ajarkan kalau mau pipis bilang (belajar tatur aja gitu), concern kami adalah pembuangan yang besar. Kalau seharian dia belum pup dan malamnya ada tanda-tanda mau beol tapi belum terlaksana anak saya juga gak bakalan tidur. Jadi harus kami ‘pancing’ supaya beolnya mau rilis. Kesian anak saya kalau pas perutnya penuh, sudah ada sensasi mau beol, tapi beolnya belom keluar. Kesian saya juga karena lingkar hitam mata saya akan bertambah. Kurang tidur memang tidak baik untuk kecantikan kulit.
3. Capek
Capek tapi belum ngantuk? Sering banget. Ladenin aja dulu main ini, itu, loncat sana, loncat sini, nanti juga lelah sendiri, lalu bobok. Haha. Usia anak saya sekarang lagi banyak-banyaknya kegiatan fisik, loncat sana, loncat sini, koprol sana, koprol sini, berantakin isi lemari, berantakin mainan, lari bolak-balik, pokoknya yang menguras tenaga, saya dan suami tetap ladenin walaupun pinggang dan punggung rasanya kek mau patah. Otot tangan udah ketarik kayak apa tahu setiap kali nangkapin ini bocah yang loncat tanpa mikir dari tempat tidur.
4. Bersih
Anak saya tu jijikan, kayak saya. Saya gak boong, dia tu jijikan. Kadang lihat telapak kakinya sendiri yang hitam gitu abis main nyeker di halaman, dia bakal, “Hiiiiiiii”. Makanya saya pastikan badannya bersih, sudah cuci tangan, cuci kaki, ganti popok, cebok yang bersih kalau habis beol, gosok gigi (kalau pas bisa dibujuk gosok gigi. He). Pokoknya tidak ada yang pliket, lengket-lengket gitu badannya.
5. Tidak ada yang kesakitan
Risiko punya anak yang aktif ra nduwe udel adalah siap-siap si anak kejedut lah, tersandung lah, kesrimpet lah, dan risiko-risiko yang bakal bikin si anak keseleo, memar, luka, beset, aaaaah you name it, Moms!!! Jadi biasanya dan utamanya kalau pas saya tahu dia habis jatuh gitu saya tanya dulu, “Ada yang sakit, gak?” sambil saya cek badannya, tangannya, kakinya, kepalanya. Kalau ada yang sakit dia bakal meringis, menunjukkan yang sakit, lalu bilang “Tus tus”. Diolesin minyak Kutus-kutus. Bhaique.
6. Ngantuk
Of course lah kalau ini. Saya tahu anak saya sudah ngantuk kalau:
- Kelopak matanya sudah menebal;
- Jadi kaleeeeeeem banget;
- Diledekin enggak merespon;
- Tatapannya kosong;
- Ongap angop.
Jika sudah begini, maka segeralah saya baringkan di tempat tidur. Kadang berakhir dengan dia tidur sendiri, lebih sering berakhir dengan dia minta nenen lalu segera tidur 10 menit kemudian.
Mantap!
Terlihat mudah, tapi sebenarnya menidurkan anak kicik itu tricky. Dan langkah-langkah di atas juga sering gagal. Ya, namanya manusia cuma bisa berusaha kan ya....
_Cicilia_
Komentar
Posting Komentar