Jakarta, 11 September 2014
SELAMAAAATTT HARI RADIOOOO NASIONAAAAALLLL....!!!!
Radio gak pernah mati! Yeaaahhh!!
Lagu-lagunya update, acaranya seru, klasik tapi modern.
Dan yang seru itu, kalok SMS ke radio terus dibacain... Waaaahhh... BAngganya itu loooh... Hmmm, mantafff!!!!
Sebagai seorang pendengar radio yang baik dan benar, mareeehhh merapat ngomongin radio.
Kenapa 11 September?
Tepat 69 tahun yang lalu, yaitu pada 11 September 1945, Radio Nasional pertama di Indonesia berdiri. Pasti tahu ya radio apa yang dimaksud. Yup!!! RRI, Radio Republik Indonesia, dengan slogan "Sekali di udara, tetap di udara".
Sebenarnya, jauh sebelum itu, sekitar tahun 1920-an, sudah ada stasiun radio di Indonesia, didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda.Nah, fungsinya radio ini, karena kita kan masih dalam masa penjajahan Belanda juga, adalah sebagai sarana untuk menyampaikan segala peraturan dan tata tertib dari pemerintahan Belanda. Apalagi pas pecah Perang Dunia tuh, radio ini bermanfaat banget buat menyampaikan informasi mengenai apapun terkait PD1.
Setelah PD1 kelar, baru deh, mulai ada stasiun radio yang bertujuan untuk menyiarkan 'acara' sendiri yaitu Bataviase Radio Vereninging alias BRV pada tanggal 16 Juni 1925. Perkembangan BRV ini membuat pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan yang namanya Undang-undang Radio atau bahasa Belandanya Radiowet pada tahun 1934.
Bisa dibilang, ini adalah era munculnya radio nasional di berbagai daerah di Indonesia; ada Nederlandsch Indie Radio Omroep Masstchapyj (NIROM) di Jakarta, Bandung dan Medan, ada Solossche Radio Vereninging (SRV) di Solo, ada Mataramse Verninging Voor Radio Omroep (MAVRO) di Yogyakarta, ada Verninging Oosterse Radio Luisteraars (VORLS) di Bandung, ada Vereninging Voor Oosterse Radio Omroep (VORO) di Surakarta, Chineese en Inheemse Radio Luisteraars Vereninging Oost Java (CIRVO) di Surabaya, Eerste Madiunse Radio Omroep (EMRO) di Madiun, dan Radio Semarang di Semarang.
Pas penjajahan Jepang, seluruh radio diambil alih dan berpusat di Jakarta dengan nama Hoso Kanri Kyoku, sedangkan cabang-cabangnya dinamakan Hoso Kyoku yang tersebar di Bandung, Purwakarta, Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya, dan Malang. Setiap Hoso Kyoku masih punya cabang lagi, namanya Shodanso.
Masih ingat slogan 3A-nya Nippon?
Nippon Pemimpin Asia
Nippon Pelindung Asia
Nippon Cahaya Asia
Slogan itu dipropagandakan salah satunya lewat radio, secara berulang-ulang setiap hari, dan didengarkan oleh seluruh Indonesia. Seolah-olah meyakinkan Indonesia kalo ya mereka ini penyelamat yang dikirimkan ke Indonesia.
Selama penjajahan Jepang, siaran radio yang tadinya menggunakan bahasa Belanda, Inggris, dan beberapa bahasa lain, menjadi fokus pada dua bahasa: Jepang dan Indonesia. Pada masa penjajahan Jepang ini jugalah, bahasa Indonesia mulai digunakan lagi, kebudayaan Indonesia mulai berkembang dengan pesat, dan tentu saja, membakar semangat nasionalisme rakyat Indonesia.
*efek musik we are the champion. Weeeee are the champioooonnn.... tangan terkepal di udara...
Akhirnya, menyusul proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, ke 8 stasiun radio besar yang ada di pulau Jawa tadi, melebur menjadi 1 mengusung nama Radio Republik Indonesia pada tanggal 11 September 1945 dengan pemimpin umum pertamanya adalah dr. Adulrahman Saleh.
Hari lahirnya RRI inilah yang diusung sebagai HARI RADIO NASIONAL.
Naaaaaaaaaaaahhhh setelah 69 tahun, di Indonesia sudah ada lebih dari 7 ribu stasiun radio. Banyakan yang swasta sih, hehehe...
Yahhh... di tengah gempuran internet, acara televisi, dan film-film di bioskop, siaran radio masih pilihan di hati saya. Cukup mendengarkan, bisa sambil melakukan kegiatan lain, bisa request, bisa mbayangin penyiarnya mukanya kayak apa dari suaranya.. Hahahahahahhaa...
Selamat Hari Radio Nasional, tetap berjayalah radio sampai kapanpun!!!
(gambar dan berita dari berbagai sumber)
_cicilia_
Komentar
Posting Komentar