Jakarta, 4 Januari 2014
Belakangan ini saya sering melihat beberapa teman saya menulis status tentang betapa muaknya mereka dengan negara kita tercinta, Indoensia. Ada juga yang akhirnya bisa menghela nafas lega karena akan segera berganti Presiden (walaupun saya enggak melihat satupun calon kuat yang pantas jadi Presiden berikutnya). Ada yang kesal karena merasa pembangunan hanya terjadi di Pulau Jawa dengan mengeruk kekayaan alam di Sumatera, Kalimantan, dan pulau-pulau potensial lainnya (la wong Ibukota di Jawa, wajar mah itu). Ada juga yang pengen berganti kewarganegaraan dan pindah ke negara lain, tidak menjadi masyarakat Indonesia lagi.
*Miris...
Saya bukan siapa-siapa, hanya warga biasa yang sedang mengurus NPWP dan terdampar di Ibukota. Saya bukan pahlawan yang rela mengorbankan seluruh jiwa raga dan harta benda mereka demi menjaga agar Sang Saka bisa berkibar dengan gagahnya di udara.
Saya bukan dewan tertinggi negara yang entah benar entah tidak, tapi (katanya) mereka adalah wakil rakyat.
Saya, hanya rakyat biasa.
Kita semua tahu, kalau kita pernah dijajah selama 3,5 abad oleh Belanda dan 3,5 tahun oleh Jepang. Belum lagi oleh Portugis, Inggris, dan mungkin pernah ada negara-negara lain yang turut 'menginvasi' negara kita hanya saja tidak tercatat dalam sejarah. Tampak bodoh ya, kok mau-maunya dijajah 3,5 abad. Itu 3,5 abad yang artinya 350 tahun! Enggak bosan apa ya? Apa kita enggak bisa melawan sampai Belanda bisa bertahan sebegitu lama di Indonesia? Atau Indonesia terlalu nyaman sehingga mereka tidak mau hengkang dari Indonesia?
 |
Pattimura |
Teman saya pernah bercerita, "Kalian nyadar gak sih? Pernah mikir gak sih? Kenapa tentara Belanda bisa ampe 3,5 abad di Indonesia? Kita itu enggak pernah dijajah. Tapi mereka (Belanda) setengah mati berusaha menjajah kita selama 3,5 abad! Dan mereka gagal!"
Saya pikir-pikir, kayaknya ada benarnya ucapan teman saya ini, walaupun sempat terpikir oleh saya, kalau itu hanya ucapan orang dengan gengsi setinggi langit karena malu mengakui negaranya sudah dijajah sebegitu lama. Tapi, kayaknya ada benarnya karena toh kita MEREBUT kemerdekaan kita. Kemerdekaan kita BUKAN HADIAH. Kemerdekaan yang setiap 17 Agustus kita rayakan dengan upacara bendera dan perayaan-perayaan ala kampung tapi seru itu adalah hasil perjuangan, ceceran darah, hilangnya ribuan nyawa, dan kobaran semangat membara setiap manusia yang merasa memiliki Indonesia!
Saya pribadi, mungkin enggak akan bisa tahan hidup di zaman itu. Tapi saya mau yakinkan satu hal untuk mereka semua yang sedang merasa muak sama Indonesia: Sekarang kalian bisa ongkang-ongkang kaki di rumah, main Facebook, beli ini beli itu, sekolah yang tinggi, main ke sana-kemari dengan tenang karena perjuangan orang-orang ini...
 |
Pahlawan Nasional Indonesia |
 |
Imam Bonjol, Teuku Umar, Sultan Hasanudin, dan Pangeran Diponegoro |
Sudah resmi merdeka bukan berarti sudah aman dan damai sentosa. PR kita masih banyak. Saya tanya deh, sebenarnya muak itu karena apa? Harus tahu penyebabnya dan cari solusinya. Jangan cuma bilang muak doang. Kalau kalian yang masih muda muak sama Indonesia, terus yang mau membangun Indonesia biar kalian enggak muak lagi tuh siapa? Yang mau mengubah Indonesia supaya jadi lebih baik dari sekarang itu siapa? Indonesia mau bergantung sama siapa kalau enggak sama kalian, sama kita-kita yang muda ini? Kalau pahlawan yang sudah tiada itu bisa mendengar ucapan-ucapan sinis macam, "Muak sama Indonesia", saya yakin, mereka bisa nangis dan menyesal. Tahu gitu, biarin aja Indonesia dijajah sampai sekarang. Toh, anak muda Indonesianya tidak bisa menghargai kemerdekaan yang sudah direbut dengan susah payah ini.
Bahkan orang luar negeri saja bisa sebegitu cintanya sama Indonesia, kok kita sendiri yang lahir, tumbuh, makan dan minum dari Tanah Air sendiri tidak bisa mencintai Indonesia dengan sebegitunya? Mereka yang muak itu pernah kasih apa buat negara ini? Pernah kasih apa? Kalau belum pernah kasih apa-apa, enggak usah bilang muak, TIDAK PANTAS! Malu sama tentara di perbatasan yang begadang sepanjang malam dan paginya mengajar di sekolah. Malu sama guru Kewarganegaraan karena pasti banyak yang sudah lupa sama Pancasila dan Pembukaan UUD 45. Saya pun kadang kepikiran, "Aduh, Indonesia", tapi mendadak saya ingat, saya belum kasih apa-apa untuk negara ini, mengisi kemerdekaan pun rasanya belum total, lantas pantaskah saya mengeluh, "Aduh Indonesia?"
 |
Christina Martha Tiahahu |
Saya tidak bermaksud menghakimi siapapun, menyindir siapapun, mengajari siapapun, tapi, tolong, negara ini butuh orang mudanya, yang tidak muak dengan negaranya, yang mencintai negaranya sepenuh hati. Karena kalau ganti Indonesia yang muak dengan kita, saya tidak bisa bayangkan apa yang akan terjadi.
Minimal, dengan merasa memiliki Indonesia, kita akan mampu menjaga dan merawat negara ini, dan membangunnya. Biar kakek-kakek ini tenang... Karena perjuangan mereka tidak sia-sia...
Perjuangan masih panjang. Belum selesai. Masih banyak yang bisa dilakukan untuk membuat Indonesia menjadi lebih baik, agar Merah Putih berkibar dengan gagah lagi, agar Ibu Pertiwi tidak menangis lagi. Mengeluh dan mengumpat tidak akan ada gunanya. Kita semua harus memberikan aksi nyata, bukan cuma omong doang. Gak usah bicara dan protes kalau belum berusaha!
Jangan kau tanyakan apa yang sudah negara berikan untukmu.. Tapi tanyakanlah apa yang sudah kau berikan untuk Negaramu…”
~ J.F Kennedy- Presiden AS ke-35 ~
_cicilia_
*Foto dan gambar dari berbagai sumber, terimakasih...
Komentar
Posting Komentar