Makan Nasi Lebih Sehat dengan SEKAI Rice Cooker Low Sugar

Gambar
Saya terakhir ketemu Budhe saya nun jauh di Jogja itu akhir tahun kemarin. Saat itu, Budhe saya yang saya ingat sangat lincah, cerewet, bugar justru tampak kurus, kuyu, lebih lesu, dan lebih banyak duduk. Saya baru tahu kalau Budhe mengidap diabetes. Entah sudah berapa lama, karena Budhe bilang kalau kakinya mulai sering kesemutan, kebas, dan kalau luka lama sekali sembuhnya. Kabar terbaru dari Ibu saya, salah satu kaki Budhe sudah dibebat perban dan mulai menghitam.   Mungkin saja, diabetes yang diderita Budhe saya itu disebabkan oleh gaya hidup. Minum teh harus manis, cemilan manis selalu ada, olahraga seminggu sekali, dan HARUS makan nasi. Kalau sehari sudah makan berat 3 kali tapi belum makan nasi, ya dianggap belum makan. Jadi tetap akan tambah lagi makan nasi lengkap dengan lauk pauknya. Itu yang saya ingat waktu liburan lama di sana. Sekarang Budhe sudah menjalani pengobatan, mengatur pola makan, dan menjalankan pola hidup yang lebih sehat.   Apa itu Diabetes? Diabetes ...

Diary Surabaya #5 -end

Halo, biarpun judulnya diary Surabaya, tapi bikinnya di Jogja.. Hahahaha... iya, saya dan teman-teman sudah pulang, kembali ke kota Jogja dengan bawaan yang beranak-pinak. Hehehehehe.. Jadi, ada beberapa hal yang saya temukan dan rasakan selama lebih kurang 2 bulan kehidupan saya di Kota Pahlawan ini..

1. Sepupu yang Tertukar.
Ini bukan sinetron kok.. Hehehe... Ini fakta. Jadi, waktu saya masih di Bukittinggi, masih keciiiilll kaya upil, saya sering main ke rumah maktuo saya. Maktuo saya ini punya 5 anak: 3 laki-laki dan 2 perempuan, naaaah.. anak maktuo yang bungsu itu seumuran dengan saya. Jadilah, saya punya temen main, plus, punya 5 abang dan 1 kakak. Abang-abang saya ini (sepupu) uda besar-besar.. Kalau enggak salah, pas saya lahir itu si abang yang sulung uda mo lulus SMA gitu, jadi memang jarak umur di antara kami sangatlah jauh... Nah, Keluarga ini berencana pindah ke Bandung, sementara abang-abang meneruskan sekolah, ada yang di Bandung, ada yang di Surabaya. Intinya, terakhir kali saya ketemu saya masih kecil dan jelas aja udah luping sama muka-muka mereka. Bertahun-tahun kemudian, saya ketemu sama Abang yang di Surabaya ini. Sebut saja namanya Bang Tommy. Saya tahu, abang sudah berkeluarga dan sudah punya 2 anak (pula), tapi, sungguh, saya belom ketemuuuuuu... Barulah, hari kedua saya di Surabaya kemaren, saya ketemu dengan Abang saya ini plus dengan keluarga kecilnya (Istri dan 2 anaknya). Omeeeeeeeeeeeeeeennnnn.. guweeeeh uda jadi tante-tante.... Hahahahaha... Akhirnya lah, saya ketemu sama Kak Maya, sama Clara, dan Glenn yang mana selama ini cuma saya liat di facebook. Ada untungnya lah saya terlontar ke Surabaya ini.. hehehehhee..

2. Petis di mana-mana.
Tahu kan ya sama yang namanya petis? Itu lo.. bumbu apa sambel khas Surabaya gitu. Nah, selama saya di Jogja yang saya tahum petis itu temennya ya tahu = Tahu Petis. Laaaaaa... di Surabaya kayaknya semua makanan enggak afdol kalo enggak pake petis. Lontong balap (apa lontong kecambah?) pake petis, Rujak Cingur pake petis, Lontong Kupang (Kupang = sejenis kerang-kerangan kecil, bukan Kupang sumber air su dekat ya...), pake petis. Ummmm... Tapi, terus terang ya, kok petis kurang cucok ke lidah saya. Soalnya rasanya gimanaaaaaaaa gitu, manis enggak, asin enggak, mungkin karena lidah saya terbiasa sama makanan asin dan pedas ala-ala Sumatra gitu... Makanya, mo dibilang itu lontong kupang rasanya jossss... tapi saya kurang bisa menikmati, karena petisnya banyaaaak bangeeetttt... Hahahaha... Ya, lidah tiap orang memang beda-beda kan ya...

3. Jutaan Mall
Tidak berlebihan deh kalau saya bilang Surabaya itu kota sejuta Mall. Sungguh, Mall nya banyaaaaaaakkkkk bangettttt!!!!! Tunjungan Plaza aja sampe 4 apa 5 gitu. Ckckckckckck.. Pas Abang saya tanya, uda ke mall A? uda ke Mall B? C? D? Saya cuma bisa geleng-geleng, laaaaaa... Mall kan isinya sama aja, saya mah kalau enggak nonton (21 cineplex) ya belom tentu juga ke mall.. hehehe.. Ibu kos juga tanya, "Uda ke mana aja, Mbak?" "Ke cito (City of Tomorrow) Bu." "Ngapain ke sana?" "hehehehehe..." Cengar-cengir aja, enggak tahu kali si ibu kami ke sana kan cari bakmi babi... hahahahahahaha...

4. MIMS dan ISO sebagai acuan=NDESO!
Iya, jadi... selama ini, kami (anak-anak praktek) menggunakan ISO dan MIMS sebagai acuan kepustakaan soal obat. Soalnya selain uda rinci, bahasanya doooonggg.. bahasa Indonesia Raya. Ya wajar dong kami pake itu daripada pake DIH yang jelas-jelas berbahasa Inggris, yang kalau salah mengartikan berarti fatal. Pada suatu presentasi kasus, kami menjelaskan mengenai obat yang digunakan pasien. Lantas si Bapak Mayor Apoteker bertanya, "Baca di mana itu (keterangannya)?" "ISO, Pak." "ISO?? Ndeso!" Ngooooooooooooookkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk..... Kitab Suci kamiiiiiiiiiiiiiii tidaaaaaaaaaakkkkkkkkkk.....

Itulah, jujur, saya sempat ragu kalau saya akan merindukan kota ini. Tapi, ternyata toh saya rindu juga. Rindu sama kamar kos berAC saya yang di Jalan Gembili 2 nomor 49, rindu sama rumah sakit, rindu sama Bapak Mayor hehehehe, rindu sama teman-teman PKL, dan rindu sama warung yang ada di apotek ASKES. hahahahaha... Tapi.... kerja di RS? Mikir-mikir dulu deh.



_cici_

Komentar

  1. OH, CITO itu singkatan dari City of Tomorrow ya? #barutau

    Jadi keinget waktu nyasar ke Cito 3 bulan lalu :)

    BalasHapus
  2. lah, itu hurupnya gede banget lo di depan mall...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Daftar Lagu Untuk Sakramen Perkawinan

Wednesday: A Child That Full of Woe

Lupa UUD 45